Kisah Arip Muttaqien, Alumni Generasi Pertama Beasiswa LPDP Kini Berkarier di Sekretariat ASEAN

Minggu, 08 Oktober 2023 - 13:01 WIB
Baca juga: Buka Akses Pendidikan, GrabScholar Beri Beasiswa 1.158 Pelajar Indonesia

Seperti kegiatan AEC Council di KTT ASEAN kemarin dengan representasi para Menteri bidang Perekonomian negara-negara anggota. Salah satu output adalah peluncuran negosiasi ASEAN DEFA dengan target finalisasi di tahun 2025.

ASEAN DEFA bertujuan mendukung transformasi ekonomi digital yang diharapkan mencakup e-commerce, mobilitas digital talent, digital ID, cyber security, pembayaran lintas batas, dan banyak lagi.

Diharapkan dampak ekonomi digital dari diterapkannya DEFA ini mampu mendongkrak kontribusi ekonomi digital terhadap GDP (Gross Domestic Product) di ASEAN. Potensi luar biasa ini perlu dibicarakan untuk membuat tata kelola yang memicu akselerasi sekaligus melindungi para pelaku usaha.

“Estimasi berdasarkan hasil studi, saat ini ekonomi digital berkontribusi sekitar 15 persen ke GDP, dan di 2030 akan diharapkan bisa ada lompatan bahkan hingga 30 persen. Kalau di ASEAN mungkin diperkirakan akan ada potensi hingga dua triliun US Dollar dari digital economy di tahun 2030,” papar Arip.

Selain fokus ke ekonomi digital, saat ini AEC juga mendorong inisiatif terkait sustainable economic development. Dari hasil pertemuan tingkat Menteri di AEC Council, contoh inisiatif yang menarik dan kekinian seperti yang diungkapkan Arip adalah terkait blue economy sebagai salah satu prioritas ekonomi Indonesia dan ASEAN Strategy for Carbon Neutrality untuk mendorong pencapaian net-zero emission.

Arip melihat apa yang dikerjakannya bukan semata pada spesialisasi bidang ekonomi, melainkan jauh lebih generalis karena ia juga bersinggungan dengan berbagai sektor dalam ruang lingkup AEC, seperti perdagangan, investasi, services, finansial, energi, ICT, transportasi, ketahanan pangan, dan lain-lain. Tugasnya banyak bersinggungan dengan data dan harus menurunkannya pada laporan simpulan yang mudah dimengerti di level ministerial.

“Kalau di saya, kebetulan karena saya lebih ke koordinasinya, jadi lebih ke generalisnya. Jadi gimana mengumpulkan semua data dari berbagai sektor ke dalam satu bahasa yang mudah dicerna, kemudian dianalisis, ada reporting-nya juga ke technical working group, kemudian ketika ministerial meeting membuat data yang komplek tersebut itu bisa di-simplify dengan bahasa atau presentasi yang mudah dimengerti,” tutur Arip menjelaskan pekerjaannya.

Perjalanan karier dan studi Arip yang beragam tak lepas dari minat dan kemauan untuk mencoba dan membaca peluang. Bagi Arip, semua pekerjaan bisa dipelajari dan harus memiliki panyassion saat menjalaninya.

“Karier saya sebenarnya lebih ke arah tidak linear. Jadi saya pernah di bidang marketing, kemudian bidang pendidikan, kemiskinan, dan stunting, dan kalau sekarang balik lagi ke ekonomi, jadi lebih generalis," pungkasnya.
Halaman :
Lihat Juga :
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More