Kisah Ravidho, Pria Asal Riau Peraih Gelar Doktor Termuda dan Tercepat UGM
Jum'at, 09 Agustus 2024 - 17:43 WIB
Dari Riau, ia lanjut studi pendidikan tinggi ke Kota Padang, tepatnya di Universitas Andalas jurusan Fisika. Menariknya, ia lulus kuliah S1 dan S2 hanya dalam kurun waktu lima tahun saja.
“Saya menyelesaikan Pendidikan S1 dan S2 pada Jurusan Fisika Universitas Andalas melalui program Fast Track sehingga dapat menyelesaikan studi S1 dan S2 selama 5 tahun,” tuturnya.
Baca juga: Ini Maya Nabila, Wisudawan Doktor Termuda ITB dari Jurusan Matematika
Ravidho memilih fokus pada analisis variabilitas struktur vertikal curah hujan di Sumatera menggunakan data pengamatan permukaan dan satelit ketika S2.
Ketertarikan Ravidho pada program S3 Fisika di UGM didorong oleh penawaran program By Research yang fleksibel, memungkinkan ia tetap bekerja sebagai asisten riset di Unand.
Baca juga: Wisudawan Termuda ITS Lulus di Usia 20 Tahun, Ini Profil Salsabila Aulia Fitri
Ia menemukan promotor yang mendukung penelitian di bidang fisika atmosfer. Ravidho berpendapat, minat terhadap bidang fisika di Indonesia menurun akibat rendahnya daya serap dunia kerja.
“Tantangan ini memicu para penggiat fisika untuk lebih kreatif dalam mengaplikasikan ilmu fisika agar bermanfaat bagi masyarakat,” paparnya.
Salah satu tantangan terbesar selama studi adalah mengelola waktu antara studi doktoral dan pekerjaan sebagai asisten riset. Oleh karena itu, Ravidho menekankan pentingnya komunikasi dengan promotor dan pembagian skala prioritas untuk menyelesaikan tugas-tugas secara efektif.
“Saya menyelesaikan Pendidikan S1 dan S2 pada Jurusan Fisika Universitas Andalas melalui program Fast Track sehingga dapat menyelesaikan studi S1 dan S2 selama 5 tahun,” tuturnya.
Baca juga: Ini Maya Nabila, Wisudawan Doktor Termuda ITB dari Jurusan Matematika
Ravidho memilih fokus pada analisis variabilitas struktur vertikal curah hujan di Sumatera menggunakan data pengamatan permukaan dan satelit ketika S2.
Ketertarikan Ravidho pada program S3 Fisika di UGM didorong oleh penawaran program By Research yang fleksibel, memungkinkan ia tetap bekerja sebagai asisten riset di Unand.
Baca juga: Wisudawan Termuda ITS Lulus di Usia 20 Tahun, Ini Profil Salsabila Aulia Fitri
Ia menemukan promotor yang mendukung penelitian di bidang fisika atmosfer. Ravidho berpendapat, minat terhadap bidang fisika di Indonesia menurun akibat rendahnya daya serap dunia kerja.
“Tantangan ini memicu para penggiat fisika untuk lebih kreatif dalam mengaplikasikan ilmu fisika agar bermanfaat bagi masyarakat,” paparnya.
Tantangan Terbesar
Salah satu tantangan terbesar selama studi adalah mengelola waktu antara studi doktoral dan pekerjaan sebagai asisten riset. Oleh karena itu, Ravidho menekankan pentingnya komunikasi dengan promotor dan pembagian skala prioritas untuk menyelesaikan tugas-tugas secara efektif.
tulis komentar anda