Orientasi Pendidikan RI Harus Antisipasi Percepatan Perubahan Dunia
Jum'at, 08 Mei 2020 - 17:49 WIB
Pengembangan anak usia dini holistik integrative, afirmasi pendidikan, pemenuhan sarana prasarana pendidikan yang berkualitas, profesionalisme adalah di antara poin yang dilakukan. Ada juga peningkatan kualitas, pengelolaan dan penempatan guru; pembelajaran keterampilan abad 21; dan percepatan wajib belajar 12 tahun, di dalam rancangan dunia pendidikan nasional kini.
Sedang Prof Muhammad Ali mengutarakan dengan berbagai perubahan dan tantangan yang ada saat ini, ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh manusia Indonesia. Kompetensi ini adalah kompetensi kognitif, kompetensi menggunakan teknologi digital, serta kompetensi afektif yaitu memiliki karakter. “Dan terakhir kompetensi survival yaitu kecakapan belajar sepanjang hayat,” ungkap Guru Besar UPI ini.
Terhadap program pendidikan pemerintah, Wakil Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian memaparkan satu-satunya sektor yang mendapat proporsi anggaran dari APBN adalah sektor pendidikan, yaitu sebesar 20%. Namun dari anggaran itu pun tersebar ke berbagai sektor (18 lembaga dan kementerian), termasuk program Kartu Prakerja menggunakan dana yang berasal dari APBN fungsi pendidikan.
DPR ditegaskannya akan memastikan program ini berjalan baik dari sisi legislasi yaitu memastikan perundang-undangan yang dibuat berkualitas dan memastikan anggaran dialokasikan untuk program-program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Orientasi Pendidikan RI Harus Antisipasi Percepatan Perubahan Dunia
Perubahan dunia yang serba cepat, terlebih terdampak pandemi Corona menuntut penyesuaian di berbagai sektor, termasuk pendidikan. Begitu halnya dengan era revolusi industri 4.0 harus lah diantisipasi negeri ini. Karenanya perubahan orientasi pendidikan mutlak perlu dilakukan untuk bisa menyongsong target Indonesia Emas 2045.
Demikian benang merah pernyataan sejumlah tokoh Dr (HC) Enggartiasto Lukita, Prof Sunaryo Kartadinata, Prof Nizam, dan Prof Muhammad Ali, dalam konteks Hari Pendidikan Nasional.
“Sekali lagi ditekankan, bahwa dengan perubahan yang terjadi saat ini, kita harus meraba betul bagaimana perubahan pola hidup di seluruh dunia dan meraba apa yang seharusnya kita lakukan dengan perubahan ini, terutama kaitannya dengan dunia pendidikan,” ujar Ketua Ikatan Alumni (IKA) UPI Dr (HC) Enggartiasto Lukita di Jakarta, Jumat (8/5/2020).
Enggartiasto yang juga mantan Menteri Perdagangan ini menyampaikan bahwa di era Revolusi Industri 4.0 ini, sektor pendidikan harus menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang ada. Apalagi dengan adanya pandemi, banyak hal baru yang harus disesuaikan dengan metode pembelajaran dan tuntutan dalam dunia kerja. "Perubahan orientasi dalam pendidikan mutlak harus dilakukan," katanya.
Enggar juga menekankan sebagai anak bangsa semuanya harus saling bersatu bahu-membahu memajukan negeri ini tanpa harus memandang perbedaan agama, ras, suku dan sikap politik. Dia mengapresiasi terbentuknya Pena Bakti Institute yang digagas Fauzan, salah satu alumni UPI untuk pemberdayaan dan advokasi kebijakan pendidikan.
“Organisasi ini diharapkan bisa mengadvokasi kebijakan pendidikan dengan tepat, dan sesuai kebutuhan,” kata Fauzan.
Sedang Prof Muhammad Ali mengutarakan dengan berbagai perubahan dan tantangan yang ada saat ini, ada tiga kompetensi yang harus dimiliki oleh manusia Indonesia. Kompetensi ini adalah kompetensi kognitif, kompetensi menggunakan teknologi digital, serta kompetensi afektif yaitu memiliki karakter. “Dan terakhir kompetensi survival yaitu kecakapan belajar sepanjang hayat,” ungkap Guru Besar UPI ini.
Terhadap program pendidikan pemerintah, Wakil Ketua Komisi X Hetifah Sjaifudian memaparkan satu-satunya sektor yang mendapat proporsi anggaran dari APBN adalah sektor pendidikan, yaitu sebesar 20%. Namun dari anggaran itu pun tersebar ke berbagai sektor (18 lembaga dan kementerian), termasuk program Kartu Prakerja menggunakan dana yang berasal dari APBN fungsi pendidikan.
DPR ditegaskannya akan memastikan program ini berjalan baik dari sisi legislasi yaitu memastikan perundang-undangan yang dibuat berkualitas dan memastikan anggaran dialokasikan untuk program-program pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat.Orientasi Pendidikan RI Harus Antisipasi Percepatan Perubahan Dunia
Perubahan dunia yang serba cepat, terlebih terdampak pandemi Corona menuntut penyesuaian di berbagai sektor, termasuk pendidikan. Begitu halnya dengan era revolusi industri 4.0 harus lah diantisipasi negeri ini. Karenanya perubahan orientasi pendidikan mutlak perlu dilakukan untuk bisa menyongsong target Indonesia Emas 2045.
Demikian benang merah pernyataan sejumlah tokoh Dr (HC) Enggartiasto Lukita, Prof Sunaryo Kartadinata, Prof Nizam, dan Prof Muhammad Ali, dalam konteks Hari Pendidikan Nasional.
“Sekali lagi ditekankan, bahwa dengan perubahan yang terjadi saat ini, kita harus meraba betul bagaimana perubahan pola hidup di seluruh dunia dan meraba apa yang seharusnya kita lakukan dengan perubahan ini, terutama kaitannya dengan dunia pendidikan,” ujar Ketua Ikatan Alumni (IKA) UPI Dr (HC) Enggartiasto Lukita di Jakarta, Jumat (8/5/2020).
Enggartiasto yang juga mantan Menteri Perdagangan ini menyampaikan bahwa di era Revolusi Industri 4.0 ini, sektor pendidikan harus menyesuaikan diri dengan berbagai perubahan yang ada. Apalagi dengan adanya pandemi, banyak hal baru yang harus disesuaikan dengan metode pembelajaran dan tuntutan dalam dunia kerja. "Perubahan orientasi dalam pendidikan mutlak harus dilakukan," katanya.
Enggar juga menekankan sebagai anak bangsa semuanya harus saling bersatu bahu-membahu memajukan negeri ini tanpa harus memandang perbedaan agama, ras, suku dan sikap politik. Dia mengapresiasi terbentuknya Pena Bakti Institute yang digagas Fauzan, salah satu alumni UPI untuk pemberdayaan dan advokasi kebijakan pendidikan.
“Organisasi ini diharapkan bisa mengadvokasi kebijakan pendidikan dengan tepat, dan sesuai kebutuhan,” kata Fauzan.
tulis komentar anda