Digaji 300 Ribu, Guru Honorer Dilema antara Panggilan Hati dan Kebutuhan Perut
Senin, 08 Februari 2021 - 11:23 WIB
“Mereka ini mayoritas sudah berhenti jadi guru, karena dibayar murah. Tapi ketika mereka berhenti, murid-murid datang ke rumahnya meminta mereka kembali karena tidak ada lagi pengajar pengganti. Akhirnya mereka kembali mengajar. Jadi ini semua adalah panggilan hati,” kata Ramli.
Sementara itu, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan Muhammad Nuh menekankan pentingnya menghargai para guru atas jasa mereka mencetak para pembelajar sejati.
“Kita harus bersama-sama membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dalam hal pendidikan contohnya, terdapat beasiswa-beasiswa yang diberikan oleh pemerintah. Memberikan bantuan untuk para guru juga termasuk salah satu cara memenuhi janji kemerdekaan,” paparnya.
Ketua PPI UK, Gatot Subroto, M. Si, mengungkapkan bahwa selayaknya pemerintah menempatkan guru di posisi terhormat dalam hidup. “Karena kami bisa kuliah, belajar dan bekerja karena guru,” tuturnya.
PPI UK, bekerja sama dengan ACT, melakukan penggalangan dana untuk membantu guru honorer di wilayah Indonesia timur, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
PPI UK menargetkan untuk mengumpulkan donasi sebanyak kurang lebih Rp100 juta yang nantikan akan diberikan kepada 52 guru honorer dari tiga sekolah. Hingga kini, dana yang sudah terkumpul adalah sebesar Rp16 juta. Kampanye penggalangan dana ini akan berlangsung hingga Maret 2021.
“Bantuan ini memang tidak seberapa, tapi kami harap dapat membantu mereka. Kami juga ingin mengajak masyarakat, khususnya para mahasiswa untuk meningkatkan awareness terhadap kesejahteraan para guru honorer,” kata Gatot.
Sementara itu, Dwiko dari tim ACT mengatakan pihaknya tengah berjalan memberikan bantuan bagi seluruh guru honorer di Indonesia. Hingga kini, sudah ada 40 kabupaten/kota dari 13 provinsi yang telah menerima bantuan.
“Jenis bantuannya ada tiga jenis. Pertama, bantuan biaya hidup. Kedua, bantuan pangan. Terakhir, peningkatan kapasitas guru. Ketiganya sudah berjalan,” kata Dwiko.
Ia juga menceritakan bahwa kondisi para guru honorer khususnya di Indonesia timur sangat memprihatinkan. Kondisi semakin buruk selama pandemi Covid-19 kini. Akses mereka pun sangat sulit.“Oleh karena itu, kami mendorong bantuan dari teman-teman untuk bersama membantu para guru honorer,” imbuh Dwiko.
Sementara itu, mantan menteri pendidikan dan kebudayaan Muhammad Nuh menekankan pentingnya menghargai para guru atas jasa mereka mencetak para pembelajar sejati.
“Kita harus bersama-sama membuat hal yang tidak mungkin menjadi mungkin. Dalam hal pendidikan contohnya, terdapat beasiswa-beasiswa yang diberikan oleh pemerintah. Memberikan bantuan untuk para guru juga termasuk salah satu cara memenuhi janji kemerdekaan,” paparnya.
Ketua PPI UK, Gatot Subroto, M. Si, mengungkapkan bahwa selayaknya pemerintah menempatkan guru di posisi terhormat dalam hidup. “Karena kami bisa kuliah, belajar dan bekerja karena guru,” tuturnya.
PPI UK, bekerja sama dengan ACT, melakukan penggalangan dana untuk membantu guru honorer di wilayah Indonesia timur, khususnya di Kabupaten Manggarai Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur.
PPI UK menargetkan untuk mengumpulkan donasi sebanyak kurang lebih Rp100 juta yang nantikan akan diberikan kepada 52 guru honorer dari tiga sekolah. Hingga kini, dana yang sudah terkumpul adalah sebesar Rp16 juta. Kampanye penggalangan dana ini akan berlangsung hingga Maret 2021.
“Bantuan ini memang tidak seberapa, tapi kami harap dapat membantu mereka. Kami juga ingin mengajak masyarakat, khususnya para mahasiswa untuk meningkatkan awareness terhadap kesejahteraan para guru honorer,” kata Gatot.
Sementara itu, Dwiko dari tim ACT mengatakan pihaknya tengah berjalan memberikan bantuan bagi seluruh guru honorer di Indonesia. Hingga kini, sudah ada 40 kabupaten/kota dari 13 provinsi yang telah menerima bantuan.
“Jenis bantuannya ada tiga jenis. Pertama, bantuan biaya hidup. Kedua, bantuan pangan. Terakhir, peningkatan kapasitas guru. Ketiganya sudah berjalan,” kata Dwiko.
Ia juga menceritakan bahwa kondisi para guru honorer khususnya di Indonesia timur sangat memprihatinkan. Kondisi semakin buruk selama pandemi Covid-19 kini. Akses mereka pun sangat sulit.“Oleh karena itu, kami mendorong bantuan dari teman-teman untuk bersama membantu para guru honorer,” imbuh Dwiko.
Lihat Juga :
tulis komentar anda