Solidaritas Sosial Minimalisir Potensi Gangguan Kesehatan Mental
Jum'at, 15 Oktober 2021 - 09:00 WIB
Adapun untuk kegiatan bersama Lembaga Pemasyarakatan dilakukan pada 5 dan 7 Oktober 2021 di Jakarta. Himpsi Jaya mengunjungi Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LPKA) kelas II. Dalam hal ini dilakukan kegiatan pendampingan korban terorisme dengan cara mengajak adik-adik AnDik (WBP anak).
Terdapat pula Telekonseling yang berlangsung sejak 1 hingga 31 oktober 2021. Total ada 1000 orang yang mendaftar, serta Edukasi Kesehatan Mental kepada masyarakat melalui media sosial (Instagram dan Facebook) melalui lomba Bentangan 1000 Poster yang berlangsung dari 17-23 Oktober 2021.
Kegiatan Kurasi dan Penghargaan terhadap Komunitas Pelaku Solidaritas Sosial juga dilakukan dengan kriteria kegotongroyongan, berbasis kerelawanan, memiliki sasaran kegiatan yang inklusif, independen (tidak mewakili kepentingan politik atau perusahaan), mengupayakan solusi praktis sesuai kebutuhan, serta sudah dilaksanakan berulang kali dan memiliki dokumentasi kegiatan. Dalam hal ini, terpilihlah Harmoni Warna Indonesia, SeMut IJOers, #SaveJanda, GENG Indonesia, Bintang Ungu, dan Mahina Sanusa sebagai komunitas terpuji.
Dalam rangkaian acara Festival Solidaritas Sosial ini diselenggarakan pula Pelatihan Psychological First Aid (Dukungan Psikologis Awal) bagi masyarakat. Ini bertujuan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya yang memiliki permasalahan psikologis.
Di samping itu diselenggarakan tiga Webinar pada 6, 9, dan 16 Oktober 2021. Pada 6 Oktober 2021 Himpsi Jaya menyelenggarakan webinar yang berjudul "Menata Hati Caregiver", dengan narasumber Dra. Dharmayati Utoyo Lubis, MA., PhD, Psikolog yang menyampaikan bahwa siapa saja dapat menjadi caregiver, karena ini bukan tentang hanya merawat orang yang sudah tua, tetapi suami, istri, bahkan anak.
Meski begitu, sekitar 70% caregiver rentan memiliki penyakit yang berbahaya karena lupa memberi perhatian terhadap diri sendiri. Maka penting untuk menata hati caregiver agar tetap sehat secara fisik maupun psikis. Salah satu caranya dengan berkomunikasi, me time ketika menyadari bahwa diri sudah lelah atau bahkan mengalami burn out, dan mencari support system dan juga memberikan perkataan positif kepada diri sendiri bahwa sudah berhasil menjadi caregiver .
Pada 9 Oktober 2021 juga berlangsung webinar bertajuk "Solidaritas Sosial dalam Kebhinekaan; Ekspresi Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia". Dr. Eko Aditya Meinarno menyampaikan bahwa wujud tingkah laku solidaritas sosial adalah gotong royong.
Ia juga menyampaikan kedermawanan tidak secara tiba-tiba muncul tetapi didasari oleh latihan sosial yang membuat kita jadi membantu orang lain. Namun tantangan saat ini adalah kedermawanan hanya untuk kelompok sendiri dan bukan untuk sesama manusia secara keseluruhan. "Jadi masih ada pemisah antara Kami dan Kita yang menjadi tugas kita bersama untuk meleburkan menjadi kekitaan," katanya.
Alisa Wahid mengatakan perlunya memperkuat nilai toleransi dengan mengakui adanya perbedaan dan bisa menerima itu. Alisa juga menekankan bahwa kematangan diri menjadi syarat utama mengatasi adanya kebhinekaan.
Denny JA, Ph.D menyampaikan kutipan dari Ibrahim Hooper bahwa tindakan nyata menjadi lebih penting dari sekedar kata-kata dan lebih memberikan solusi. Saat ini situasi pandemi mempengaruhi kesehatan mental seseorang karena menimbulkan rasa terisolasi, kesepian, dan tekanan ekonomi, perlu juga dipertimbangkan adanya menteri urusan kesepian, untuk menjaga kesehatan mental masyarakat (Denny JA, 2021).
Terdapat pula Telekonseling yang berlangsung sejak 1 hingga 31 oktober 2021. Total ada 1000 orang yang mendaftar, serta Edukasi Kesehatan Mental kepada masyarakat melalui media sosial (Instagram dan Facebook) melalui lomba Bentangan 1000 Poster yang berlangsung dari 17-23 Oktober 2021.
Kegiatan Kurasi dan Penghargaan terhadap Komunitas Pelaku Solidaritas Sosial juga dilakukan dengan kriteria kegotongroyongan, berbasis kerelawanan, memiliki sasaran kegiatan yang inklusif, independen (tidak mewakili kepentingan politik atau perusahaan), mengupayakan solusi praktis sesuai kebutuhan, serta sudah dilaksanakan berulang kali dan memiliki dokumentasi kegiatan. Dalam hal ini, terpilihlah Harmoni Warna Indonesia, SeMut IJOers, #SaveJanda, GENG Indonesia, Bintang Ungu, dan Mahina Sanusa sebagai komunitas terpuji.
Dalam rangkaian acara Festival Solidaritas Sosial ini diselenggarakan pula Pelatihan Psychological First Aid (Dukungan Psikologis Awal) bagi masyarakat. Ini bertujuan agar mereka dapat menolong dirinya sendiri dan orang-orang di sekitarnya yang memiliki permasalahan psikologis.
Di samping itu diselenggarakan tiga Webinar pada 6, 9, dan 16 Oktober 2021. Pada 6 Oktober 2021 Himpsi Jaya menyelenggarakan webinar yang berjudul "Menata Hati Caregiver", dengan narasumber Dra. Dharmayati Utoyo Lubis, MA., PhD, Psikolog yang menyampaikan bahwa siapa saja dapat menjadi caregiver, karena ini bukan tentang hanya merawat orang yang sudah tua, tetapi suami, istri, bahkan anak.
Meski begitu, sekitar 70% caregiver rentan memiliki penyakit yang berbahaya karena lupa memberi perhatian terhadap diri sendiri. Maka penting untuk menata hati caregiver agar tetap sehat secara fisik maupun psikis. Salah satu caranya dengan berkomunikasi, me time ketika menyadari bahwa diri sudah lelah atau bahkan mengalami burn out, dan mencari support system dan juga memberikan perkataan positif kepada diri sendiri bahwa sudah berhasil menjadi caregiver .
Pada 9 Oktober 2021 juga berlangsung webinar bertajuk "Solidaritas Sosial dalam Kebhinekaan; Ekspresi Kesehatan Mental Masyarakat Indonesia". Dr. Eko Aditya Meinarno menyampaikan bahwa wujud tingkah laku solidaritas sosial adalah gotong royong.
Ia juga menyampaikan kedermawanan tidak secara tiba-tiba muncul tetapi didasari oleh latihan sosial yang membuat kita jadi membantu orang lain. Namun tantangan saat ini adalah kedermawanan hanya untuk kelompok sendiri dan bukan untuk sesama manusia secara keseluruhan. "Jadi masih ada pemisah antara Kami dan Kita yang menjadi tugas kita bersama untuk meleburkan menjadi kekitaan," katanya.
Alisa Wahid mengatakan perlunya memperkuat nilai toleransi dengan mengakui adanya perbedaan dan bisa menerima itu. Alisa juga menekankan bahwa kematangan diri menjadi syarat utama mengatasi adanya kebhinekaan.
Denny JA, Ph.D menyampaikan kutipan dari Ibrahim Hooper bahwa tindakan nyata menjadi lebih penting dari sekedar kata-kata dan lebih memberikan solusi. Saat ini situasi pandemi mempengaruhi kesehatan mental seseorang karena menimbulkan rasa terisolasi, kesepian, dan tekanan ekonomi, perlu juga dipertimbangkan adanya menteri urusan kesepian, untuk menjaga kesehatan mental masyarakat (Denny JA, 2021).
tulis komentar anda