Dihadiri Diaspora Indonesia, Regina Art Monologue Tuai Pujian di Den Haag
loading...
A
A
A
JAKARTA - Atdikbud KBRI Den Haag Prof.Dr. Agus Setiabudi mengapresiasi pementasan Regina Art Monologue yang dipentaskan di Aula KBRI Den Haag. Pementasan ini berhasil memukau diaspora Indonesia dan juga warga lokal Den Haag.
"Kedua monolog dari Regina Art sangat ekpresif dan menginspirasi semua yang menonton, kita seperti terbawa ke dalam situasi yang sesungguhnya. Tetap maju dan semoga sukses untuk pementasan selanjutnya," katanya, melalui siaran pers, Minggu (5/11/2023).
Baca juga: Dihadiri Mahasiswa dan Diaspora, Regina Art Monologue Pukau Penonton di Swedia
Pementasan teater monolog ini terbagi dalam 2 sesi, Cotton Candy oleh Joane Win yang ditampilkan pertama dapat membuat beberapa penonton perempuan ikut menangis, lalu dilanjutkan dengan monolog Besok atau Tidak Sama Sekali oleh Wawan Sofwan yang membawa penonton ke suasana perumusan naskah Proklamasi.
Isu kekerasan seksual terhadap perempuan, nasionalisme dan kemerdekaan tengah menjadi isu global yang menarik untuk disampaikan sekaligus menjadi sarana diplomasi melalui media seni teater.
Untuk itu Kedutaan Besar Republik Indonesia serta Atdikbud KBRI di Den Haag sangat mendukung pementasan tersebut.
Baca juga: Misi Budaya dan Sejarah, Regina Art akan Tampil di 5 Negara Eropa
Salah satu penonton warga lokal Den Haag Prof.Hedi Hinzler menyampaikan bahwa penampilan Joane Win sangat luar biasa.
"Dengan dialog yang panjang, emosinya sangat dalam dan disampaikan dengan indah, isu yang diangkat juga sangat penting untuk diungkapkan agar publik semakin tahu betapa dalamnya trauma yang dialami para korban kekerasan seksual." ujar Hedi.
"Kedua monolog yang disampaikan dalam rangkaian pentas di Eropa ini akan sangat membantu generasi muda untuk lebih mengenal tentang Soekarno, terlebih lagi tentang perjuangan seorang wanita korban kekerasan seksual dalam mengatasi traumanya. Selamat untuk Regina Art Monologue Project yang luar biasa." tutur Deby Subiyanti dari Stichting Peduli Seni Indonesia di Belanda.
Regina Art akan bertolak ke Paris untuk pementasan selanjutnya pada tanggal 7 November 2023.
Lihat Juga: Kisah Pascal, Diaspora Lulusan University of Notre Dame yang Geluti Dunia Teater di New York
"Kedua monolog dari Regina Art sangat ekpresif dan menginspirasi semua yang menonton, kita seperti terbawa ke dalam situasi yang sesungguhnya. Tetap maju dan semoga sukses untuk pementasan selanjutnya," katanya, melalui siaran pers, Minggu (5/11/2023).
Baca juga: Dihadiri Mahasiswa dan Diaspora, Regina Art Monologue Pukau Penonton di Swedia
Pementasan teater monolog ini terbagi dalam 2 sesi, Cotton Candy oleh Joane Win yang ditampilkan pertama dapat membuat beberapa penonton perempuan ikut menangis, lalu dilanjutkan dengan monolog Besok atau Tidak Sama Sekali oleh Wawan Sofwan yang membawa penonton ke suasana perumusan naskah Proklamasi.
Isu kekerasan seksual terhadap perempuan, nasionalisme dan kemerdekaan tengah menjadi isu global yang menarik untuk disampaikan sekaligus menjadi sarana diplomasi melalui media seni teater.
Untuk itu Kedutaan Besar Republik Indonesia serta Atdikbud KBRI di Den Haag sangat mendukung pementasan tersebut.
Baca juga: Misi Budaya dan Sejarah, Regina Art akan Tampil di 5 Negara Eropa
Salah satu penonton warga lokal Den Haag Prof.Hedi Hinzler menyampaikan bahwa penampilan Joane Win sangat luar biasa.
"Dengan dialog yang panjang, emosinya sangat dalam dan disampaikan dengan indah, isu yang diangkat juga sangat penting untuk diungkapkan agar publik semakin tahu betapa dalamnya trauma yang dialami para korban kekerasan seksual." ujar Hedi.
"Kedua monolog yang disampaikan dalam rangkaian pentas di Eropa ini akan sangat membantu generasi muda untuk lebih mengenal tentang Soekarno, terlebih lagi tentang perjuangan seorang wanita korban kekerasan seksual dalam mengatasi traumanya. Selamat untuk Regina Art Monologue Project yang luar biasa." tutur Deby Subiyanti dari Stichting Peduli Seni Indonesia di Belanda.
Regina Art akan bertolak ke Paris untuk pementasan selanjutnya pada tanggal 7 November 2023.
Lihat Juga: Kisah Pascal, Diaspora Lulusan University of Notre Dame yang Geluti Dunia Teater di New York
(nnz)