Mahasiswa Teknik ITS Wakili Indonesia di AFMAM Plus Japan
loading...
A
A
A
Kemudian, hari kedua dan ketiga dilanjutkan dengan training simulation dan Model ASEAN Meeting secara langsung di ASEAN Hall kemudian trip ke TMII dan malam budaya di salah satu hotel.
Baca juga: Profil Dyah Putri Nariswari, Wisudawati Terbaik ITS yang Lulus dengan IPK 4,00
Membagikan pengalamannya pada cultural night, para delegasi Indonesia sepakat untuk mempersembahkan tarian Maumere. “Momen ini termasuk yang sangat seru karena semua orang yang hadir turut menyemarakkan dengan menari, bukan hanya mereka yang dari Indonesia,” ujarnya.
Tak hanya itu, mahasiswa asal Sidoarjo ini mengaku bahwa ia merasa lebih mengenal budaya dan karakteristik pemuda-pemuda di ASEAN dan Jepang usai mengikuti program. “Ini menjadi kali pertama saya bertemu dan berteman dengan orang Jepang, sehingga semakin memotivasi saya untuk pergi ke sana kelak,” tuturnya.
Bicara tentang Model ASEAN Meeting, ini bukan hal baru bagi Ryo yang sudah cukup sering berpartisipasi pada MUN, baik skala nasional hingga internasional. “Jadi interaksi sosio-kultural antar pemuda ASEAN dengan Jepang inilah yang menjadi pengalaman paling mengesankan bagi saya,” ungkapnya.
Program garapan ASEAN Foundation ini telah meninggalkan kesan yang sangat menyenangkan bagi Ryo. Selain itu, menurut Ryo, kegiatan ini juga telah berhasil menciptakan ruang interaksi yang inklusif bagi peserta untuk saling mengenal aspek sosio-kultural yang berbeda di antara mereka.
Menurut sudut pandangnya, meskipun seorang calon civil engineer nantinya, MUN yang pada pada esensinya mengangkat isu global multidimensional ini tetap merupakan ruang berkembang yang tepat baginya. “Mengingat sebagai engineer, kita akan menjadi pelaksana ide yang paham akan isu kemasyarakatan, policy making, dan diplomasi,” pungkasnya optimistis.
Baca juga: Profil Dyah Putri Nariswari, Wisudawati Terbaik ITS yang Lulus dengan IPK 4,00
Membagikan pengalamannya pada cultural night, para delegasi Indonesia sepakat untuk mempersembahkan tarian Maumere. “Momen ini termasuk yang sangat seru karena semua orang yang hadir turut menyemarakkan dengan menari, bukan hanya mereka yang dari Indonesia,” ujarnya.
Tak hanya itu, mahasiswa asal Sidoarjo ini mengaku bahwa ia merasa lebih mengenal budaya dan karakteristik pemuda-pemuda di ASEAN dan Jepang usai mengikuti program. “Ini menjadi kali pertama saya bertemu dan berteman dengan orang Jepang, sehingga semakin memotivasi saya untuk pergi ke sana kelak,” tuturnya.
Bicara tentang Model ASEAN Meeting, ini bukan hal baru bagi Ryo yang sudah cukup sering berpartisipasi pada MUN, baik skala nasional hingga internasional. “Jadi interaksi sosio-kultural antar pemuda ASEAN dengan Jepang inilah yang menjadi pengalaman paling mengesankan bagi saya,” ungkapnya.
Program garapan ASEAN Foundation ini telah meninggalkan kesan yang sangat menyenangkan bagi Ryo. Selain itu, menurut Ryo, kegiatan ini juga telah berhasil menciptakan ruang interaksi yang inklusif bagi peserta untuk saling mengenal aspek sosio-kultural yang berbeda di antara mereka.
Menurut sudut pandangnya, meskipun seorang calon civil engineer nantinya, MUN yang pada pada esensinya mengangkat isu global multidimensional ini tetap merupakan ruang berkembang yang tepat baginya. “Mengingat sebagai engineer, kita akan menjadi pelaksana ide yang paham akan isu kemasyarakatan, policy making, dan diplomasi,” pungkasnya optimistis.
(nnz)