10 Contoh Teks Fiksi Berbagai Tema Beserta Strukturnya, Cocok untuk Tugas Sekolah
loading...
A
A
A
Ketika musim panen tiba, di kampung tersebut diadakan adu silat. Para pemuda kampung termasuk Kukuban dan Giran ikut mendaftarkan diri masing-masing. Di acara tersebut Kukuban berhadapan dengan Giran.
Keduanya sama kuat hingga pada suatu kesempatan Giran berhasil menangkis serangan dari Kukuban, hingga Kukuban berguling di tanah dan dinyatakan kalah. Hal itu ternyata membuat Kukuban merasa kesal dan dendam terhadap Giran.
Urutan Kejadian:
Beberapa hari setelah acara tersebut, Datuk Limbatang datang untuk meminang Sani. Namun, karena dendam, Kukuban menolak pinangan tersebut. Selain itu, Kukuban juga memperlihatkan bekas kakinya yang patah karena Giran.
Datuk Limbatan dengan bijak menjelaskan bahwa hal itu adalah wajar dalam sebuah pertandingan. Namun, Kukuban tetap bersikukuh. Sani dan Giran pun sedih. Mereka sepakat untuk bertemu di ladang untuk mencari jalan keluar.
Saat sedang berbicara, sepotong ranting berduri tersangkut pada sarung Sani dan membuat pahanya terluka. Giran pun segera mengobatinya dengan daun obat yang telah ia ramu. Tiba-tiba puluhan orang muncul dan menuduh mereka telah melakukan perbuatan terlarang, sehingga harus dihukum.
Mereka berusaha membela diri tetapi sia-sia dan langsung diarak menuju puncak Gunung Tinjau. Sebelum dihukum, Giran berdoa sekaligus mengutuk dengan mengucap jika memang mereka bersalah, ia rela tubuhnya hancur di dalam air kawah gunung.
Namun, jika tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan. Setelah itu Giran dan Sani segera melompat ke dalam kawah.
Beberapa saat berselang, gunung itu meletus yang sangat keras dan menghancurkan semua yang berada di sekitarnya.
Kemudian, Bujang Sembilan pun menjelma menjadi ikan. Letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah luas yang berubah menjadi danau, yang akhirnya diberi nama Danau Maninjau.
Keduanya sama kuat hingga pada suatu kesempatan Giran berhasil menangkis serangan dari Kukuban, hingga Kukuban berguling di tanah dan dinyatakan kalah. Hal itu ternyata membuat Kukuban merasa kesal dan dendam terhadap Giran.
Urutan Kejadian:
Beberapa hari setelah acara tersebut, Datuk Limbatang datang untuk meminang Sani. Namun, karena dendam, Kukuban menolak pinangan tersebut. Selain itu, Kukuban juga memperlihatkan bekas kakinya yang patah karena Giran.
Datuk Limbatan dengan bijak menjelaskan bahwa hal itu adalah wajar dalam sebuah pertandingan. Namun, Kukuban tetap bersikukuh. Sani dan Giran pun sedih. Mereka sepakat untuk bertemu di ladang untuk mencari jalan keluar.
Saat sedang berbicara, sepotong ranting berduri tersangkut pada sarung Sani dan membuat pahanya terluka. Giran pun segera mengobatinya dengan daun obat yang telah ia ramu. Tiba-tiba puluhan orang muncul dan menuduh mereka telah melakukan perbuatan terlarang, sehingga harus dihukum.
Mereka berusaha membela diri tetapi sia-sia dan langsung diarak menuju puncak Gunung Tinjau. Sebelum dihukum, Giran berdoa sekaligus mengutuk dengan mengucap jika memang mereka bersalah, ia rela tubuhnya hancur di dalam air kawah gunung.
Namun, jika tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan. Setelah itu Giran dan Sani segera melompat ke dalam kawah.
Beberapa saat berselang, gunung itu meletus yang sangat keras dan menghancurkan semua yang berada di sekitarnya.
Kemudian, Bujang Sembilan pun menjelma menjadi ikan. Letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah luas yang berubah menjadi danau, yang akhirnya diberi nama Danau Maninjau.