Presiden Janji Sekolah Segera Dibuka, Ketua Komisi X Usul Sekolah Jadi Zona Aman
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjanjikan segera membuka sekolah jika proses vaksinasi Covid-19 berjalan lancar. Komisi X DPR pun meminta agar sekolah menjadi zona aman Covid-19. (Baca Juga :Hasil Survei, Mayoritas Orang Tua dan Siswa Ingin Sekolah Dibuka)
“Presiden Jokowi memastikan jika sekolah akan segera dibuka jika vaksinasi Covid-19 berjalan lancar. Kami meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek) menjadikan sekolah sebagai zona aman Covid-19 baik dari sisi kesehatan maupun sebagai ujung tombak kampanye hidup dengan kebiasaan baru (New Normal) di era pandemi,” ujar Ketua Komisi X Syaiful Huda, Jumat, (20/8/2021).
Untuk diketahui Presiden Jokowi mempersilahkan pembukaan sekolah jika vaksinasi Covid-19 berjalan lancar. Pernyataan ini disampaikan presiden saat berdialog dengan sejumlah pelajar, guru, dan kepala sekolah dari berbagai provinsi secara virtual. Dialog ini dilakukan Jokowi di sela kunjungannya ke SMP Negeri Mejayan, Madiun, Jawa Timur, Kamis (19/8/2021).
Huda menjelaskan pembukaan sekolah layak segera dilakukan mengingat kian banyaknya tingkat vaksinasi guru dan siswa. Selain itu tren penurunan kasus harian maupun kasus aktif juga terus terjadi. “Kami berharap pembukaan sekolah secara terbatas yang dikombinasikan dengan pembelajaran online bisa mengembalikan ikatan emosional dari peserta didik atas lingkungan sekolah mereka. Pembukaan sekolah ini juga bisa membuat anak-anak terbiasa untuk hidup situasi new normal,” katanya. (Baca Juga :Jokowi Persilakan Belajar Tatap Muka Setelah Seluruh Masyarakat Telah Divaksin)
Dia mengungkapkan jumlah anak terpapar Covid-19 di Indonesia menjadi salah satu tertinggi di dunia. Menurutnya salah satu faktor pemicu tingginya kasus positif bagi anak Indonesia adalah lemahnya pengawasan dari orang tua. Apalagi hampir semua sekolah ditutup dan dilakukan pembelajaran jarak jauh. Dengan system ini justru banyak ruang dan waktu anak yang terbuang karena tidak optimalnya pembelajaran jarak jauh. “Akibatnya anak-anak sering berkumpul dan bermain ke luar rumah tanpa pengawasan ketat termasuk apakah mereka melakukan protocol Kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak saat bermain di luar rumah,” katanya.
Dia menilai dengan pembukaan sekolah atau penerapan pembelajaran tatap muka maka anak justru terkontrol dengan baik. Mereka di sekolah bisa berinteraksi dan mendapatkan bimbingan langsung dengan guru maupun teman tentang bagaimana harus beradaptasi dengan kebiasaan baru di kala pandemi. “Para siswa pun bisa mempraktikan secara langsung bagaimana harus memakai masker dengan benar, bagaimana harus menjaga jarak, bagaimana membiasakan diri untuk cuci tangan dan praktek-praktek baik lainnya,” katanya.
Kendati demikian, kata Huda, upaya mewujudkan sekolah sebagai zona aman Covid-19 bagi anak harus dipersiapkan matang. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek) harus membuat langkah terobosan untuk menyiapkan status zona aman Covid-19 bagi anak. “Mulai dari skenario berangkat dan pulang sekolah, pembatasan jam sekolah, pembatasan ruang kelas, daftar item sarana-prasana yang harus disiapkan sekolah hingga tuntasnya vaksinasi guru dan tenaga kependidikan,” katanya.
Politisi PKB ini juga menilai sudah saatnya ada perubahan cara pandang terhadap siswa sekolah yang selama ini kerap dipandang sebagai objek dalam program penanganan Covid-19. Menurutnya siswa harus harus dipandang sebagai subjek yang berperan aktif dalam penanggulangan wabah Covid-19. Mereka bisa menjadi agen perubahan untuk mengkampanyekan bahaya Covid-19, cara menerapkan protocol Kesehatan, hingga menyosialisasikan manfaat vaksin. “Apalagi saat ini pemerintah sudah menyatakan remaja usia 12-18 tahun yang ini rata-rata usia sekolah juga bakal menjadi sasaran vaksinasi Covid-19. Tentu para siswa bisa dijadikan sebagai duta kampanyenya,” pungkasnya.
“Presiden Jokowi memastikan jika sekolah akan segera dibuka jika vaksinasi Covid-19 berjalan lancar. Kami meminta Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek) menjadikan sekolah sebagai zona aman Covid-19 baik dari sisi kesehatan maupun sebagai ujung tombak kampanye hidup dengan kebiasaan baru (New Normal) di era pandemi,” ujar Ketua Komisi X Syaiful Huda, Jumat, (20/8/2021).
Untuk diketahui Presiden Jokowi mempersilahkan pembukaan sekolah jika vaksinasi Covid-19 berjalan lancar. Pernyataan ini disampaikan presiden saat berdialog dengan sejumlah pelajar, guru, dan kepala sekolah dari berbagai provinsi secara virtual. Dialog ini dilakukan Jokowi di sela kunjungannya ke SMP Negeri Mejayan, Madiun, Jawa Timur, Kamis (19/8/2021).
Huda menjelaskan pembukaan sekolah layak segera dilakukan mengingat kian banyaknya tingkat vaksinasi guru dan siswa. Selain itu tren penurunan kasus harian maupun kasus aktif juga terus terjadi. “Kami berharap pembukaan sekolah secara terbatas yang dikombinasikan dengan pembelajaran online bisa mengembalikan ikatan emosional dari peserta didik atas lingkungan sekolah mereka. Pembukaan sekolah ini juga bisa membuat anak-anak terbiasa untuk hidup situasi new normal,” katanya. (Baca Juga :Jokowi Persilakan Belajar Tatap Muka Setelah Seluruh Masyarakat Telah Divaksin)
Dia mengungkapkan jumlah anak terpapar Covid-19 di Indonesia menjadi salah satu tertinggi di dunia. Menurutnya salah satu faktor pemicu tingginya kasus positif bagi anak Indonesia adalah lemahnya pengawasan dari orang tua. Apalagi hampir semua sekolah ditutup dan dilakukan pembelajaran jarak jauh. Dengan system ini justru banyak ruang dan waktu anak yang terbuang karena tidak optimalnya pembelajaran jarak jauh. “Akibatnya anak-anak sering berkumpul dan bermain ke luar rumah tanpa pengawasan ketat termasuk apakah mereka melakukan protocol Kesehatan dengan memakai masker dan menjaga jarak saat bermain di luar rumah,” katanya.
Dia menilai dengan pembukaan sekolah atau penerapan pembelajaran tatap muka maka anak justru terkontrol dengan baik. Mereka di sekolah bisa berinteraksi dan mendapatkan bimbingan langsung dengan guru maupun teman tentang bagaimana harus beradaptasi dengan kebiasaan baru di kala pandemi. “Para siswa pun bisa mempraktikan secara langsung bagaimana harus memakai masker dengan benar, bagaimana harus menjaga jarak, bagaimana membiasakan diri untuk cuci tangan dan praktek-praktek baik lainnya,” katanya.
Kendati demikian, kata Huda, upaya mewujudkan sekolah sebagai zona aman Covid-19 bagi anak harus dipersiapkan matang. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Riset Teknologi (Kemendikbud Ristek) harus membuat langkah terobosan untuk menyiapkan status zona aman Covid-19 bagi anak. “Mulai dari skenario berangkat dan pulang sekolah, pembatasan jam sekolah, pembatasan ruang kelas, daftar item sarana-prasana yang harus disiapkan sekolah hingga tuntasnya vaksinasi guru dan tenaga kependidikan,” katanya.
Politisi PKB ini juga menilai sudah saatnya ada perubahan cara pandang terhadap siswa sekolah yang selama ini kerap dipandang sebagai objek dalam program penanganan Covid-19. Menurutnya siswa harus harus dipandang sebagai subjek yang berperan aktif dalam penanggulangan wabah Covid-19. Mereka bisa menjadi agen perubahan untuk mengkampanyekan bahaya Covid-19, cara menerapkan protocol Kesehatan, hingga menyosialisasikan manfaat vaksin. “Apalagi saat ini pemerintah sudah menyatakan remaja usia 12-18 tahun yang ini rata-rata usia sekolah juga bakal menjadi sasaran vaksinasi Covid-19. Tentu para siswa bisa dijadikan sebagai duta kampanyenya,” pungkasnya.
(war)