Pelajari Bahasa Menjadi Jembatan Pelajari Teknologi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Penguasaan Bahasa Mandarin kini dinilai sebagai hal yang esensial. Mengingat negara Tiongkok tersebut tumbuh sangat maju baik dari sisi teknologi maupun ekonomi. Hal ini disampaikan Rektor Universitas Al Azhar Indonesia (UAI) Prof. Asep Saefuddin dalam Forum Kepala Sekolah dan Guru Bahasa Mandarin tingkat Nasional.
Ia menyatakan dengan menguasai Bahasa Mandarin, kita akan lebih mudah memahami budaya sehingga kerja sama yang terjalin akan bersifat sejajar. “Tiongkok negara yg semakin maju, teknologinya makin maju. Sehingga kita harus banyak belajar darinya Tiongkok, sedangkan Bahasa menjadi jembatannya, “ katanya.
Rektor UAI memaparkan budaya Indonesia sebenanrnya banyak dipengaruhi Tiongkok. Misalnya saja, Tari Betawi, Tari Jawa serta ragam batik terutama di Pantura banyak yang berbasis Tiongkok.
Ia juga menilai pertemuan ini sangat strategis terutama dalam rangka penguasaan teknologi dan bisnis China yang makin maju. “Kita jangan hanya jadi konsumen, “ pesannya.
Terkait antusias pembelajaran Bahasa Mandarin, Direktur Pusat Bahasa Mandarin (PBM) Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Feri Ansori, menyatakan sangat tinggi. Sekolah dan peserta sangat antusias untuk belajar Bahasa Mandarin. Namun sayangnya terkendala dengan minimnya sumber daya manusia atau guru.
“Kendalanya sekarang adalah tenaga pengajar Bahasa Mandarin tidak banyak. Padahal jumlah siswa yang belajar Mandarin meningkat. Mereka memilih bekerja di sektor swasta dengan gaji dan fasilitas yang jauh lebih besar dibanding menjadi guru, “ jelasnya.
Selain itu, ada sejumlah sekolah yang memiliki guru Mandarin namun kemampuannya masih perlu ditingkatkan. “Ada beberapa sekolah yang tidak memiliki guru berlatar belakang Bahasa Mandarin, mengikutsertakan belajar atau pelatihan Bahasa Mandarin, dengan harapan guru tersebut di sekolah bisa mengajar Bahasa mandarin, “ paparnya dalam forum tersebut.
Oleh karena itu, forum ini, ungkap Feri bisa menjadi solusi bagi persoalan baik bagi guru maupun sekolah yang mengalami berbagai kendala pembelajaran Bahasa Mandarin.
Terkait dengan Forum Kepala Sekolah dan Guru Bahasa Mandarin tingkat Nasional perdana ini harapannya akan menjadi wadah bagi para kepala sekolah dan guru Bahasa Mandarin untuk saling berinteraksi, bertukar pikiran, saling belajar, berbagi pengalaman dalam hal pengembangan belajar Bahasa Mandarin di sekolahnya masing-masing.
“Bagi sekolah yang sudah ada Bahasa Mandarin, mereka bisa saling bertikar pikiran dan sharing pengalaman, saling memberikan ide jika mengalami kendala-kendala atau kesulitan. Bagi yang belum membuka Bahasa Mandarin, mudah-mudahan dari forum ini bisa difasilitasi mulai dari pengadaan tenaga pelajar, pelatihan tenaga pengajar, dan lain-lain. Harapan kita, pengajaran Bahasa mandarin di Indonesia jadi lebih massif, “ harapnya.
Ia menyatakan dengan menguasai Bahasa Mandarin, kita akan lebih mudah memahami budaya sehingga kerja sama yang terjalin akan bersifat sejajar. “Tiongkok negara yg semakin maju, teknologinya makin maju. Sehingga kita harus banyak belajar darinya Tiongkok, sedangkan Bahasa menjadi jembatannya, “ katanya.
Rektor UAI memaparkan budaya Indonesia sebenanrnya banyak dipengaruhi Tiongkok. Misalnya saja, Tari Betawi, Tari Jawa serta ragam batik terutama di Pantura banyak yang berbasis Tiongkok.
Ia juga menilai pertemuan ini sangat strategis terutama dalam rangka penguasaan teknologi dan bisnis China yang makin maju. “Kita jangan hanya jadi konsumen, “ pesannya.
Terkait antusias pembelajaran Bahasa Mandarin, Direktur Pusat Bahasa Mandarin (PBM) Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Feri Ansori, menyatakan sangat tinggi. Sekolah dan peserta sangat antusias untuk belajar Bahasa Mandarin. Namun sayangnya terkendala dengan minimnya sumber daya manusia atau guru.
“Kendalanya sekarang adalah tenaga pengajar Bahasa Mandarin tidak banyak. Padahal jumlah siswa yang belajar Mandarin meningkat. Mereka memilih bekerja di sektor swasta dengan gaji dan fasilitas yang jauh lebih besar dibanding menjadi guru, “ jelasnya.
Selain itu, ada sejumlah sekolah yang memiliki guru Mandarin namun kemampuannya masih perlu ditingkatkan. “Ada beberapa sekolah yang tidak memiliki guru berlatar belakang Bahasa Mandarin, mengikutsertakan belajar atau pelatihan Bahasa Mandarin, dengan harapan guru tersebut di sekolah bisa mengajar Bahasa mandarin, “ paparnya dalam forum tersebut.
Oleh karena itu, forum ini, ungkap Feri bisa menjadi solusi bagi persoalan baik bagi guru maupun sekolah yang mengalami berbagai kendala pembelajaran Bahasa Mandarin.
Terkait dengan Forum Kepala Sekolah dan Guru Bahasa Mandarin tingkat Nasional perdana ini harapannya akan menjadi wadah bagi para kepala sekolah dan guru Bahasa Mandarin untuk saling berinteraksi, bertukar pikiran, saling belajar, berbagi pengalaman dalam hal pengembangan belajar Bahasa Mandarin di sekolahnya masing-masing.
“Bagi sekolah yang sudah ada Bahasa Mandarin, mereka bisa saling bertikar pikiran dan sharing pengalaman, saling memberikan ide jika mengalami kendala-kendala atau kesulitan. Bagi yang belum membuka Bahasa Mandarin, mudah-mudahan dari forum ini bisa difasilitasi mulai dari pengadaan tenaga pelajar, pelatihan tenaga pengajar, dan lain-lain. Harapan kita, pengajaran Bahasa mandarin di Indonesia jadi lebih massif, “ harapnya.