7 Contoh Teks Anekdot Politik, Sindiran Tajam dengan Unsur Humor
Jum'at, 15 November 2024 - 10:26 WIB
Penjual Kopi: "Saya bukan ikut campur, Pak Polisi. Tapi orang ini masih punya utang sama saya."
Pria Tiga (Polisi): "Jika Anda menghalangi proses penangkapan, berarti Anda juga melanggar hukum."
Penjual Kopi: "Bukan begitu, Pak. Tapi orang ini belum bayar kopi yang dibeli. Masa Rp15 ribu saja mau dikorupsi?" (Tertawa kecil)
Mendengar perkataan penjual kopi, ketiga polisi itu pun tertawa terbahak-bahak. Mereka kemudian melepaskan tangan Anton dari borgol dan membiarkannya membayar utang kopi. Anton, yang masih kebingungan, mengeluarkan uang lima puluh ribu dari dompetnya untuk membayar kopi yang tak lebih dari lima ribu itu.
Namun, sebelum mereka pergi, penjual kopi menghentikan mereka lagi.
Penjual Kopi: "Tunggu dulu, Pak, saya ambilkan kembaliannya. Walaupun saya miskin, saya nggak tega korupsi uang koruptor!" (Sambil tersenyum lebar)
Mendengar hal itu, semua orang pun tertawa terbahak-bahak, kecuali Pak Anton yang tetap diam. Ia akhirnya harus menerima kenyataan dan ikut ke kantor polisi dengan tangan diborgol, bersama ketiga polisi tersebut.
Pesan di dalamnya : Kritik terhadap Korupsi, Ketidaksetaraan Hukum dan sindiran kepada para koruptor
Itulah contoh anekdot politik, semoga bermanfaat ya.
MG/Salwa Puspita
Pria Tiga (Polisi): "Jika Anda menghalangi proses penangkapan, berarti Anda juga melanggar hukum."
Penjual Kopi: "Bukan begitu, Pak. Tapi orang ini belum bayar kopi yang dibeli. Masa Rp15 ribu saja mau dikorupsi?" (Tertawa kecil)
Mendengar perkataan penjual kopi, ketiga polisi itu pun tertawa terbahak-bahak. Mereka kemudian melepaskan tangan Anton dari borgol dan membiarkannya membayar utang kopi. Anton, yang masih kebingungan, mengeluarkan uang lima puluh ribu dari dompetnya untuk membayar kopi yang tak lebih dari lima ribu itu.
Namun, sebelum mereka pergi, penjual kopi menghentikan mereka lagi.
Penjual Kopi: "Tunggu dulu, Pak, saya ambilkan kembaliannya. Walaupun saya miskin, saya nggak tega korupsi uang koruptor!" (Sambil tersenyum lebar)
Mendengar hal itu, semua orang pun tertawa terbahak-bahak, kecuali Pak Anton yang tetap diam. Ia akhirnya harus menerima kenyataan dan ikut ke kantor polisi dengan tangan diborgol, bersama ketiga polisi tersebut.
Pesan di dalamnya : Kritik terhadap Korupsi, Ketidaksetaraan Hukum dan sindiran kepada para koruptor
Itulah contoh anekdot politik, semoga bermanfaat ya.
MG/Salwa Puspita
tulis komentar anda