Program Pendidikan hanya Berganti Nama, Ini Kritik Buat Mendikbud
Selasa, 20 Oktober 2020 - 12:49 WIB
Direktur Eksekutif Center for Education Regulations and Development (CERDAS) itu program itu jauh berbeda dengan MGMP Reborn milik Kemendikbud pada periode sebelumnya. “Sekilas terlihat bahwa tidak ada inovasi baru pada program Kemendikbud. Semuanya sebatas ganti nama saja, dan tentunya memakan anggaran lebih banyak,” ucapnya.
Contoh lain, UN tahun ini menggunakan anggaran Rp200 miliar. Sementera itu, Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti UN tahun depan akan menggunakan anggaran Rp1,4 triliun.
“Padahal kita semua berharap banyak pada Mendikbud Nadiem Makarim, seorang milenial dengan latar belakang pendiri perusahaan start-up digital sukses. Nadiem diharapkan membuat banyak perubahan dalam dunia pendidikan Indonesia sebagai tulang punggung program pembangunan SDM unggul,” tuturnya. (Baca juga: UIN Bandung Bangun Pusat Riset Sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam Dunia )
Indra mengutip pernyataan Albert Einstein: kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda. Jika Indonesia mengharapkan perubahan dari kualitas SDM menjadi unggul, program-program pendidikan harus berubah secara substansi bukan sekedar ganti nama saja.
“Untuk itu diperlukan evaluasi yang menyeluruh, objektif, dan transparan terhadap program-program pendidikan yang sedang berjalan maupun yang telah berhenti. Evaluasi ini bukan bertujuan mencari siapa yang salah, melainkan untuk mencari solusi masalah,” tegasnya.
Setelah itu, Kemendikbud bersama stakeholder membuat peta jalan pendidikan Indonesia dengan tujuan akhir yang jelas. Pandemi COVID-19 ini bisa menjadi momentum untuk memanggil putra-putri terbaik bangsa, tokoh, dan para pendidikan untuk mencurahkan pikiran dalam menyusun cetak biru.
“Jangan sampai, hal yang sangat penting demi masa depan bangsa ini disusun oleh kelompok elitis secara tertutup yang pastinya akan menimbulkan kecurigaan dari masyarakat. Setahun telah berlalu, masih banyak hal yang perlu dibenahi, tetapi tidak ada kata terlambat,” pungkas Indra.
Contoh lain, UN tahun ini menggunakan anggaran Rp200 miliar. Sementera itu, Asesmen Nasional (AN) sebagai pengganti UN tahun depan akan menggunakan anggaran Rp1,4 triliun.
“Padahal kita semua berharap banyak pada Mendikbud Nadiem Makarim, seorang milenial dengan latar belakang pendiri perusahaan start-up digital sukses. Nadiem diharapkan membuat banyak perubahan dalam dunia pendidikan Indonesia sebagai tulang punggung program pembangunan SDM unggul,” tuturnya. (Baca juga: UIN Bandung Bangun Pusat Riset Sejarah Rasulullah dan Peradaban Islam Dunia )
Indra mengutip pernyataan Albert Einstein: kegilaan adalah melakukan hal yang sama berulang-ulang dan mengharapkan hasil yang berbeda. Jika Indonesia mengharapkan perubahan dari kualitas SDM menjadi unggul, program-program pendidikan harus berubah secara substansi bukan sekedar ganti nama saja.
“Untuk itu diperlukan evaluasi yang menyeluruh, objektif, dan transparan terhadap program-program pendidikan yang sedang berjalan maupun yang telah berhenti. Evaluasi ini bukan bertujuan mencari siapa yang salah, melainkan untuk mencari solusi masalah,” tegasnya.
Setelah itu, Kemendikbud bersama stakeholder membuat peta jalan pendidikan Indonesia dengan tujuan akhir yang jelas. Pandemi COVID-19 ini bisa menjadi momentum untuk memanggil putra-putri terbaik bangsa, tokoh, dan para pendidikan untuk mencurahkan pikiran dalam menyusun cetak biru.
“Jangan sampai, hal yang sangat penting demi masa depan bangsa ini disusun oleh kelompok elitis secara tertutup yang pastinya akan menimbulkan kecurigaan dari masyarakat. Setahun telah berlalu, masih banyak hal yang perlu dibenahi, tetapi tidak ada kata terlambat,” pungkas Indra.
(mpw)
Lihat Juga :
tulis komentar anda