Bung Karno: Sajak Perjuangan Rakyat Indonesia
Kamis, 01 Juli 2021 - 16:21 WIB
Tanah airlah tempat kita dari masih bayi merah itu
tumbuh menjadi manusia yang dewasa sekarang,
Hai manusia,
Cintailah Tuhan yang dulu mengantongi engkau.
Cintailah Ibu Bapakmu, dapur yang dibuat Tuhan untuk menggumelarkan engkau,
Cintailah tanah air yang di tempat itu engkau dapat minum, makan dan lain sebagainya…”
Menurut Widi, puisi ini menggambarkan kejenakaan sekaligus jiwa penuh kasih Bung Karno.
“Bung Karno menceritakan konsep kehidupan secara menyeluruh, tapi amat sederhana. Ada kata-kata ‘gumelar’, lalu ada kata ‘procot’. Beliau memang seorang seniman sejati. Lugas tapi tetap terasa pantas dan ringan,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 42 tahun lalu itu.
Bersama kemudian mereka bertiga membacakan puisi kondang Bung Karno lain: ‘Putra Sang Fajar’, dicuplik dari buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat”, hlm. 24, 25, 26.
“…. Karena aku terdiri dari dua belahan
tumbuh menjadi manusia yang dewasa sekarang,
Hai manusia,
Cintailah Tuhan yang dulu mengantongi engkau.
Cintailah Ibu Bapakmu, dapur yang dibuat Tuhan untuk menggumelarkan engkau,
Cintailah tanah air yang di tempat itu engkau dapat minum, makan dan lain sebagainya…”
Menurut Widi, puisi ini menggambarkan kejenakaan sekaligus jiwa penuh kasih Bung Karno.
“Bung Karno menceritakan konsep kehidupan secara menyeluruh, tapi amat sederhana. Ada kata-kata ‘gumelar’, lalu ada kata ‘procot’. Beliau memang seorang seniman sejati. Lugas tapi tetap terasa pantas dan ringan,” kata perempuan kelahiran Jakarta, 42 tahun lalu itu.
Bersama kemudian mereka bertiga membacakan puisi kondang Bung Karno lain: ‘Putra Sang Fajar’, dicuplik dari buku “Bung Karno Penyambung Lidah Rakyat”, hlm. 24, 25, 26.
“…. Karena aku terdiri dari dua belahan
tulis komentar anda