Suasana Baru Tahun Ajaran Baru
Senin, 13 Juli 2020 - 06:10 WIB
Dia kemudian menuturkan, Kemenag juga telah menerbitkan SK Dirjen Pendidikan Islam No 2791 Tahun 2020 tentang Panduan Kurikulum Darurat pada Madrasah. Panduan ini menjelaskan sejumlah prinsip pembelajaran pada masa darurat, di antaranya proses pembelajaran menggunakan pendekatan ilmiah, berbasis kompetensi, keterampilan aplikatif, dan terpadu; dan pembelajaran perlu berkembang secara kreatif dan inovatif dalam mengoptimalkan tumbuhnya kemampuan kritis, kreatif, komunikatif, dan kolaboratif siswa.
Kepala SMA Labschool Jakarta Suparno Sastro bahkan menyiapkan pembicara dari kalangan profesional dunia pendidikan, membuat materi-materi, dan video untuk mengenalkan sekolah kepada peserta didik baru. Ini tentu mengubah kebiasaan karena tahun-tahun sebelumnya, MPLS di Labschool formatnya dua hari kegiatan di sekolah dan satu hari di luar sekolah. (Baca juga: Erick Thohir Sebut Banyak Kasus Hukum Terjadi di BUMN)
“Kami pernah ke museum karena temanya Kesaktian Pancasila. Lalu, di Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua karena tema kebudayaan. Juga ke Kominfo karena waktu itu berbicara bagaimana bijak menggunakan media sosial dan kami pernah ke Perpustakaan Nasional karena temanya literasi,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat pendidikan Doni Koesuma menilai PJJ itu bisa dilakukan baik secara daring maupun luring. Yang daring itu sifatnya bisa sinkron atau tidak sinkron. Artinya, bisa langsung bertatap muka secara langsung tapi anak bisa mengerjakan langsung tugas-tugas di internet secara mandiri.
Namun di sisi lain, KBM tatap muka itu perlu diadakan untuk daerah-daerah yang memang tidak memungkinkan, misalnya ada guru kunjung tetapi harus dilihat juga medan kunjungannya seperti apa. “Karena di beberapa daerah seperti Papua, untuk guru berkunjung pun tidak memungkinkan karena terlalu jauh tempatnya,” terang Doni.
Dia menuturkan, inti dari kesuksesan PJJ adalah bagaimana sekolah dan guru berkomunikasi dengan orang tua dan pemerintah daerah untuk memberikan layanan yang terbaik untuk anak Indonesia. Jadi, semua itu adalah proses yang selama pandemi Covid-19 ini sudah dikakukan. “Karena hampir 60% kan tidak memiliki akses internet dan gawai. Hanya 40% yang mungkin bisa melaksanakan secara daring. Bahkan beberapa kota besar pun seperti di Jakarta, kebutuhannya berbeda-beda,” tegasnya.
Pengamat pendidikan Budi Trikorayanto sepakat pelaksanaan PJJ karena situasi pandemi belum memungkinkan pelaksanaan tatap muka. Agar hasilnya maksimal, dia menyarankan agar para guru mengubah gaya mengajar. Mereka tidak lagi melakukan pengajaran model ceramah. (Lihat videonya: Penjaga Masijd Lakukan Aksi Heroik Selamatkan Kota Amal)
Budi mengusulkan agar guru-guru melakukan perekaman materi yang akan disampaikan kepada siswa. Nantinya, siswa tinggal mengakses dan diperbolehkan membukanya jam berapa pun sesuai mood-nya.“Banyak yang memikirkan pendidikan karakter itu memerlukan tatap muka. Maka guru dan sekolah harus bekerja sama dengan orang tua, karena pendidikan akhlak itu memang tugas orang tua. Jadi, harus ada parenting program dari sekolah dan berkomunikasi dengan orang tua. Orang tua dilibatkan dalam pendidikan di rumah,” katanya. (Fahmi Bahtiar/Faorick Pakpahan/Kiswondari)
Kepala SMA Labschool Jakarta Suparno Sastro bahkan menyiapkan pembicara dari kalangan profesional dunia pendidikan, membuat materi-materi, dan video untuk mengenalkan sekolah kepada peserta didik baru. Ini tentu mengubah kebiasaan karena tahun-tahun sebelumnya, MPLS di Labschool formatnya dua hari kegiatan di sekolah dan satu hari di luar sekolah. (Baca juga: Erick Thohir Sebut Banyak Kasus Hukum Terjadi di BUMN)
“Kami pernah ke museum karena temanya Kesaktian Pancasila. Lalu, di Museum Seni Rupa dan Keramik di Kota Tua karena tema kebudayaan. Juga ke Kominfo karena waktu itu berbicara bagaimana bijak menggunakan media sosial dan kami pernah ke Perpustakaan Nasional karena temanya literasi,” ujarnya.
Sementara itu, pengamat pendidikan Doni Koesuma menilai PJJ itu bisa dilakukan baik secara daring maupun luring. Yang daring itu sifatnya bisa sinkron atau tidak sinkron. Artinya, bisa langsung bertatap muka secara langsung tapi anak bisa mengerjakan langsung tugas-tugas di internet secara mandiri.
Namun di sisi lain, KBM tatap muka itu perlu diadakan untuk daerah-daerah yang memang tidak memungkinkan, misalnya ada guru kunjung tetapi harus dilihat juga medan kunjungannya seperti apa. “Karena di beberapa daerah seperti Papua, untuk guru berkunjung pun tidak memungkinkan karena terlalu jauh tempatnya,” terang Doni.
Dia menuturkan, inti dari kesuksesan PJJ adalah bagaimana sekolah dan guru berkomunikasi dengan orang tua dan pemerintah daerah untuk memberikan layanan yang terbaik untuk anak Indonesia. Jadi, semua itu adalah proses yang selama pandemi Covid-19 ini sudah dikakukan. “Karena hampir 60% kan tidak memiliki akses internet dan gawai. Hanya 40% yang mungkin bisa melaksanakan secara daring. Bahkan beberapa kota besar pun seperti di Jakarta, kebutuhannya berbeda-beda,” tegasnya.
Pengamat pendidikan Budi Trikorayanto sepakat pelaksanaan PJJ karena situasi pandemi belum memungkinkan pelaksanaan tatap muka. Agar hasilnya maksimal, dia menyarankan agar para guru mengubah gaya mengajar. Mereka tidak lagi melakukan pengajaran model ceramah. (Lihat videonya: Penjaga Masijd Lakukan Aksi Heroik Selamatkan Kota Amal)
Budi mengusulkan agar guru-guru melakukan perekaman materi yang akan disampaikan kepada siswa. Nantinya, siswa tinggal mengakses dan diperbolehkan membukanya jam berapa pun sesuai mood-nya.“Banyak yang memikirkan pendidikan karakter itu memerlukan tatap muka. Maka guru dan sekolah harus bekerja sama dengan orang tua, karena pendidikan akhlak itu memang tugas orang tua. Jadi, harus ada parenting program dari sekolah dan berkomunikasi dengan orang tua. Orang tua dilibatkan dalam pendidikan di rumah,” katanya. (Fahmi Bahtiar/Faorick Pakpahan/Kiswondari)
(ysw)
tulis komentar anda