Kiprah Arby Mamangsa, Kepsek SMP Nusantara Sorong Ubah 'Sekolah Buangan' Menjadi Berprestasi
loading...
A
A
A
"Bagi kami, P5 ini merupakan nafas Kurikulum Merdeka. Lewat P5, siswa-siswa kami melihat masalah yang benar-benar terjadi di masyarakat sekitar, dan hasilnya mereka berhasil membuat filter air bersih, bahkan mengubah budaya masyarakat dan menyadarkan akan pentingnya menggunakan air bersih,” katanya dengan bangga.
Namun, Arby menekankan bahwa yang terpenting bukanlah produk akhir dari P5, melainkan prosesnya. Menurutnya, anak-anak harus mengalami perubahan melalui nilai-nilai dimensi proyek yang mereka jalankan dan punya kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
Bukan hanya itu, perubahan pola pikir guru juga membuahkan perubahan besar dalam perilaku dan prestasi murid-murid di SMP Nusantara. Arby berkisah tentang perjalanan transformasi seorang murid yang awalnya dianggap sangat nakal dan sulit untuk dibimbing.
Meskipun awalnya guru-guru merasa kesulitan dalam mendidik anak tersebut, mereka pun berusaha untuk mencari tahu keunikan dan gaya belajar yang sesuai dengannya. Perlahan-lahan, dengan pendekatan yang tepat, anak tersebut pun mulai merasa nyaman di sekolah dan menemukan cara belajar yang cocok baginya.
“Awalnya anak yang dianggap sudah game over, ternyata bisa bertumbuh dengan luar biasa. Setiap tahun, tim olimpiade kami pasti juara, dan di tim tersebut ada anak itu. Seperti tadi saya katakan, tidak ada anak yang bodoh, guru perlu menemukan keunikan tiap anak,” lanjut Arby.
Baca juga: Berapa Angka Partisipasi Sekolah SMP di Indonesia? Ini APS Penduduk Usia 13-15 Tahun Sejak 2011-2023
Arby pun melibatkan orang tua murid dalam upaya membangun SMP Nusantara. Ivone, salah satu orang tua murid mengaku, sejak Kurikulum Merdeka diterapkan, ia jadi dapat melihat secara langsung perkembangan yang dialami oleh anaknya, baik secara akademik, maupun non-akademik.
“Bapak Kepala Sekolah sering meminta saya untuk berikan wejangan-wejangan, motivasi buat anak-anak sekolah. Saya senang di SMP Nusantara, Bapak Kepala Sekolah libatkan kami sebagai orang tua untuk ikut serta dalam kegiatan sekolah, saya juga melihat perubahan anak saya, yang tadinya pemalu, sekarang jadi aktif di sekolah. Daya tangkapnya juga jadi lebih cepat. Saya sangat berterima kasih pada Kurikulum Merdeka, karena bisa terjadi perubahan yang sangat besar buat anak-anak kami,” ujar Ivone.
Arby merasa, keberhasilannya dalam mengubah SMP Nusantara bersama Kurikulum Merdeka tidak terlepas dari bantuan Platform Merdeka Mengajar (PMM).
“Waktu awal-awal kami menerapkan Kurikulum Merdeka, PMM itu jadi teman setia kami. Waktu belajar terbatas, anggaran terbatas, semua terbatas. Ternyata PMM menjadi jawaban buat kami, dan akhirnya kami dorong semua guru untuk memakai PMM,” jelas Arby.
Fitur di PMM yang dirasa sangat membantu dalam implementasi Kurikulum Merdeka bagi Arby dan guru-guru SMP Nusantara adalah Pelatihan Mandiri, karena banyak topik yang dapat dipelajari untuk peningkatan kompetensi.
Namun, Arby menekankan bahwa yang terpenting bukanlah produk akhir dari P5, melainkan prosesnya. Menurutnya, anak-anak harus mengalami perubahan melalui nilai-nilai dimensi proyek yang mereka jalankan dan punya kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah.
Bukan hanya itu, perubahan pola pikir guru juga membuahkan perubahan besar dalam perilaku dan prestasi murid-murid di SMP Nusantara. Arby berkisah tentang perjalanan transformasi seorang murid yang awalnya dianggap sangat nakal dan sulit untuk dibimbing.
Meskipun awalnya guru-guru merasa kesulitan dalam mendidik anak tersebut, mereka pun berusaha untuk mencari tahu keunikan dan gaya belajar yang sesuai dengannya. Perlahan-lahan, dengan pendekatan yang tepat, anak tersebut pun mulai merasa nyaman di sekolah dan menemukan cara belajar yang cocok baginya.
“Awalnya anak yang dianggap sudah game over, ternyata bisa bertumbuh dengan luar biasa. Setiap tahun, tim olimpiade kami pasti juara, dan di tim tersebut ada anak itu. Seperti tadi saya katakan, tidak ada anak yang bodoh, guru perlu menemukan keunikan tiap anak,” lanjut Arby.
Baca juga: Berapa Angka Partisipasi Sekolah SMP di Indonesia? Ini APS Penduduk Usia 13-15 Tahun Sejak 2011-2023
Arby pun melibatkan orang tua murid dalam upaya membangun SMP Nusantara. Ivone, salah satu orang tua murid mengaku, sejak Kurikulum Merdeka diterapkan, ia jadi dapat melihat secara langsung perkembangan yang dialami oleh anaknya, baik secara akademik, maupun non-akademik.
“Bapak Kepala Sekolah sering meminta saya untuk berikan wejangan-wejangan, motivasi buat anak-anak sekolah. Saya senang di SMP Nusantara, Bapak Kepala Sekolah libatkan kami sebagai orang tua untuk ikut serta dalam kegiatan sekolah, saya juga melihat perubahan anak saya, yang tadinya pemalu, sekarang jadi aktif di sekolah. Daya tangkapnya juga jadi lebih cepat. Saya sangat berterima kasih pada Kurikulum Merdeka, karena bisa terjadi perubahan yang sangat besar buat anak-anak kami,” ujar Ivone.
PMM Menjadi Teman Setia Implementasi Kurikulum Merdeka
Arby merasa, keberhasilannya dalam mengubah SMP Nusantara bersama Kurikulum Merdeka tidak terlepas dari bantuan Platform Merdeka Mengajar (PMM).
“Waktu awal-awal kami menerapkan Kurikulum Merdeka, PMM itu jadi teman setia kami. Waktu belajar terbatas, anggaran terbatas, semua terbatas. Ternyata PMM menjadi jawaban buat kami, dan akhirnya kami dorong semua guru untuk memakai PMM,” jelas Arby.
Fitur di PMM yang dirasa sangat membantu dalam implementasi Kurikulum Merdeka bagi Arby dan guru-guru SMP Nusantara adalah Pelatihan Mandiri, karena banyak topik yang dapat dipelajari untuk peningkatan kompetensi.