Keren, Mahasiswi Indonesia Raih Disertasi PhD Terbaik dari Universitas Belanda

Jum'at, 02 Juli 2021 - 17:36 WIB
loading...
A A A


“Di sisi lain, saya juga pernah mengalami racism ketika saya travelling di luar negeri (karena saya pakai kerudung), yang saya pikir tidak adil. Saya bayangkan ada banyak orang yang juga mengalami racism dan pengalaman tersebut dapat menghalangi mereka bepergian,” lanjutnya.

“Di sini saya tertarik untuk lebih mendalami tentang pengalaman ketika melakukan perjalanan dan bahwa masing-masing individu tentunya punya pengalaman yang berbeda-beda,” tuturnya.

Pada Desember 2020, Isti menyelesaikan sidang disertasi dengan predikat cum laude. Ia menulis disertasinya di bawah bimbingan promotor Prof. Claudia Yamu dan Prof. Ronald Holzacker serta supervisor Dr. Wendy Tan.

Gelar PhD diraih dengan masa studi yang terhitung cepat (1 Februari 2017 - 10 Desember 2020). Menurut Isti, ini dikarenakan supervisor dan promotor bisa bekerja secara paralel.

Dalam disertasinya, Isti menawarkan wawasan spasial sosial tentang ketimpangan mobilitas melalui studi kasus empiris di Jakarta dan Kuala Lumpur, sebagai contoh tipikal kota-kota besar di Asia Tenggara.

Kesimpulan yang ditarik adalah, perbedaan kemampuan dalam melakukan mobilitas (mobility inequality) memberi pengaruh negatif bagi masyarakat marginal (umumnya perempuan, masyarakat berpenghasilan rendah, mereka dengan disabilitas).

Dan perbedaan kemampuan tersebut dipengaruhi oleh ruang terbangun, misalnya konfigurasi jalan, fungsi dan bentuk bangunan, dan praktik sosial, misalnya ketergantungan pada kendaraan pribadi.

Pengalaman yang dialami saat penelitian yang dia sukai ialah bertemu banyak orang yang membantu dan memiliki ketertarikan yang sama. Dia pun belajar hal baru seperti tahu gang-gang kecil di Jakarta dan Kuala Lumpur, tempat jajanan enak, dan pengalaman lain saat travelling. Meski disisi lain dia sempat stress saat pengumpulan data.

Isti juga menambahkan, dukungan dari supervisor dan teman-teman Universitas Groningen, perkumpulan pelajar Indonesia, serta keprofesionalitasan LPDP yang tidak pernah telat memberi uang beasiswa, ikut membantunya mengurangi stress, sehingga bisa mencapai prestasi ini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5101 seconds (0.1#10.140)