Prof. Roosseno Peroleh Anugerah Herman Johannes Award dari KATGAMA
loading...
A
A
A
JAKARTA - Keluarga Alumni Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada (KATGAMA) memberikan Herman Johannes Award kepada Prof. Roosseno Soerjohadikoesoemo. Penghargaan disampaikan dalam puncak peringatan Hari Pendidikan Tinggi Teknik sekaligus bertepatan dengan peringatan ke-76 Dies Natalis Fakultas Teknik UGM di Gedung ERIC FT UGM.
Penghargaan diserahkan oleh Ketua KATGAMA kepada puteri bungsu Roosseno, Damayanti Roosseno. Ketua KATGAMA Agus Priyatno menyampaikan, Herman Johannes Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada tokoh yang memiliki kontribusi besar dalam kemajuan bangsa.
Sementara itu, Prof. Roosenoo terpilih menerima Herman Johannes Award karena dinilai sebagai tokoh yang berjasa dan memiliki dedikasi tinggi dalam pembangunan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
“Penghargaan ini diberikan atas jasa pengabdian, dedikasi yang luar biasa kepada bangsa dan tanah air semasa beliau masih hidup. Semoga bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi kita semua,” katanya melansir laman UGM di ugm.ac.id, Senin (21/2/2022).
Baca: Mau Kuliah Jurusan Hukum? Ini Keunggulan FH Universitas Airlangga
Dalam bidang pendidikan, Roosseno memiliki peran penting dalam proses pemindahan lembaga pendidikan tinggi teknik Bandung ke Yogyakarta karena kondisi perang. Lalu, lahir sekolah teknik di Yogyakarta pada 17 Februari 1946 yang diketuai oleh Roosseno. Sekolah inilah yang menjadi cikal bakal Fakultas Teknik UGM.
Tak hanya itu, Roosseno juga tercatat sebagai promotor pendirian Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada di Yogyakarta. Sekolah Teknik Yogyakarta kemudian bergabung dengan perguruan tinggi Gadjah Mada ini sebagai embrio lahirnya Universitas Gadjah Mada.
Roosseno merupakan insinyur sipil, lulus dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1932. Ia dikenal sebagai “Bapak Beton” karena telah melahirkan berbagai karya besar di Indonesia.
Beberapa di antaranya adalah jembatan Rantau Beringin dan Rajamandala, serta berbagai bangunan lain yaitu kubah Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Gedung Bank Indonesia, Gedung Bank BNI dan BDN, Wisma Nusantara, termasuk Gedung Sarinah serta berbagai pelabuhan dan sarana olahraga.
Roosseno juga berkarier pada berbagai bidang. Pada bidang akademik, pada tahun 1944-1945 Roosseno memperoleh gelar Guru Besar di Bandung Kogyo Daigaku (nama TH Bandung setelah dikuasai Jepang). Tahun 1945-1946, Roosseno menjadi ketua STT Bandung.
Penghargaan diserahkan oleh Ketua KATGAMA kepada puteri bungsu Roosseno, Damayanti Roosseno. Ketua KATGAMA Agus Priyatno menyampaikan, Herman Johannes Award merupakan penghargaan yang diberikan kepada tokoh yang memiliki kontribusi besar dalam kemajuan bangsa.
Sementara itu, Prof. Roosenoo terpilih menerima Herman Johannes Award karena dinilai sebagai tokoh yang berjasa dan memiliki dedikasi tinggi dalam pembangunan dan pengembangan ilmu pengetahuan.
“Penghargaan ini diberikan atas jasa pengabdian, dedikasi yang luar biasa kepada bangsa dan tanah air semasa beliau masih hidup. Semoga bisa menjadi motivasi dan inspirasi bagi kita semua,” katanya melansir laman UGM di ugm.ac.id, Senin (21/2/2022).
Baca: Mau Kuliah Jurusan Hukum? Ini Keunggulan FH Universitas Airlangga
Dalam bidang pendidikan, Roosseno memiliki peran penting dalam proses pemindahan lembaga pendidikan tinggi teknik Bandung ke Yogyakarta karena kondisi perang. Lalu, lahir sekolah teknik di Yogyakarta pada 17 Februari 1946 yang diketuai oleh Roosseno. Sekolah inilah yang menjadi cikal bakal Fakultas Teknik UGM.
Tak hanya itu, Roosseno juga tercatat sebagai promotor pendirian Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada di Yogyakarta. Sekolah Teknik Yogyakarta kemudian bergabung dengan perguruan tinggi Gadjah Mada ini sebagai embrio lahirnya Universitas Gadjah Mada.
Roosseno merupakan insinyur sipil, lulus dari Technische Hoogeschool te Bandoeng (sekarang Institut Teknologi Bandung) pada tahun 1932. Ia dikenal sebagai “Bapak Beton” karena telah melahirkan berbagai karya besar di Indonesia.
Beberapa di antaranya adalah jembatan Rantau Beringin dan Rajamandala, serta berbagai bangunan lain yaitu kubah Masjid Istiqlal, Monumen Nasional, Gedung Bank Indonesia, Gedung Bank BNI dan BDN, Wisma Nusantara, termasuk Gedung Sarinah serta berbagai pelabuhan dan sarana olahraga.
Roosseno juga berkarier pada berbagai bidang. Pada bidang akademik, pada tahun 1944-1945 Roosseno memperoleh gelar Guru Besar di Bandung Kogyo Daigaku (nama TH Bandung setelah dikuasai Jepang). Tahun 1945-1946, Roosseno menjadi ketua STT Bandung.