SINDOnews dan Pesantren Asshiddiqiyah Gelar Pendidikan Jurnalistik untuk Santri

Kamis, 16 Juni 2022 - 12:14 WIB
loading...
A A A
Hadir sebagai narasumber yakni Koordinator Fotografer MNC Portal Indonesia (MPI) Ratman Suratman dan Produser Eksekutif Multimedia MPI Wahyu Triyogo. Ratman yang merupakan fotografer senior tersebut berbagi ilmu tentang fotografi jurnalistik, sementara Wahyu memaparkan tentang seluk-beluk video jurnalistik.

Baca juga: Ini 6 Kampus dengan Fakultas Kedokteran Terbaik di Dunia, Buruan Daftar

Ratman mengawali sharing session-nya dengan cerita nostalgia kala berjumpa dengan pendiri Pesantren Asshiddiqiyah, almarhum KH Noer Muhammad Iskandar SQ. Dia mengenang beberapa tahun silam ketika dirinya ditugaskan kantor untuk memotret Kiai Noer Iskandar.

“Saya ingat betul, datang ke sini (Assiddiqiyah) lalu bertemu dengan beliau. Saat pertama melihat saya, beliau bilang ‘Kok kamu belum sholat?’. Saya terkejut, saya belum bicara apa-apa beliau tahu. Saya lalu sholat Ashar di masjid sini,” kata dia.

Ratman menuturkan, fotografi jurnalistik dapat dipelajari siapa pun, tak terkecuali santri. Apalagi saat ini banyak alat untuk mendukung keahlian itu, termasuk ponsel. Namun, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan agar suatu karya foto dapat dikategorikan fotografi jurnalistik.

Salah satu elemen yang penting dalam fotografi jurnalistik yakni keterangan foto atau caption. Keterangan foto harus dapat menjelaskan secara lengkap atau utuh tentang foto itu. “Harus ada unsur 5W 1H. Caption itu akhirnya menjadi bagian tak terpisahkan dari foto itu sendiri,” ucapnya.

Sedangkan Wahyu Triyogo mengupas berbagai teknik pengambilan video dan apa saja yang diperlukan untuk menghasilkan sebuah video bagus atau menarik. Pengambilan gambar atau shot, misalnya, terbagi menjadi beberapa macam yakni long shot, medium shot, dan close-up shot.

Baca juga: ITS Siapkan 5.000 Tablet Digital untuk Bantu Kampus di Daerah 3T

Menurut Wahyu, kalau ingin menciptakan video bagus, hindari menggabungkan shot yang sejenis. Mesti dikombinasikan beberapa peng-angle-an sehingga tidak terjadi satu gambar yang monoton.

“Jangan semua long shot. Jika shot pertama long shot, nanti kedua bisa close up atau medium shot,” kata Wakil Ketua Umum Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Pusat ini.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5347 seconds (0.1#10.140)