Mengenal Museum Perumusan Naskah Proklamasi, Saksi Bisu Sejarah Kemerdekaan RI

Selasa, 16 Agustus 2022 - 10:51 WIB
loading...
A A A
Lantai atas dahulu digunakan untuk kamar-kamar tidur yang besar, masing-masing dilengkapi dengan kamar mandi dan balkon tersendiri. Waktu rumah ini dibangun Nassaauboulevard di muka rumah ini masih sepi sekali.
Maka, para penghuni maupun tamu dapat beristirahat tenang dengan jendela terbuka. Susuran tangga (handrail) dihiasi ornament dari besi bergaya artdeco dan lobang angin di atas pintu diisi dengan jeruji yang bercorak serupa.

Rumah konsul Inggris dirancang supaya tampak representatif, namun tidak ‘wah’ seperti rumah-rumah orang kaya baru, yang dibangun sesudah tahun 1970-an di Menteng. Vila ciptaan Blankenberg ini berkarakter anggun dan cocok bagi orang Inggris.

Baca juga: ITERA Kukuhkan 4.860 Mahasiswa Baru, 80 % dari Sumatera

Maksud ini tercapai dengan memakai berbagai elemen horizontal seperti deretan jendela di lantai bawah dan atas, dua tonjolan profil panjang pada tembok yang dilanjutkan pada balkon di kedua belah sisi rumah, deretan panjang lubang-lubang ventilasi udara yang berbentuk kotak di lantai bawah dan atas. Atap tinggi sesuai dengan kokohnya tembok dan tiang.

Laman tersebut mencatat, Munasprok pernah menjadi tempat tinggal konsulat Inggris pada 1931-1942, rumah Laksamana Tadashi Maeda pada 1942-Agustus 1945, rumah duta besar Inggris (1961-1981), hingga Perpustakaan Nasional pada 1983.

Saat kontrak Rumah Duta Besar Inggris akan segera berakhir, maka pada Desember 1981 diadakanlah Rapat Koordinasi yang melibatkan pihak Departemen Dalam Negeri, Departemen Luar Negeri, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan serta Sekretariat Negara untuk membahas pengalihfungsian gedung ini.

Atas gagasan Mendikbud Prof. Dr. Nugroho Notosusanto pada 1984 gedung bekas kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda diusulkan menjadi museum. Saat dilakukan kajian pendirian museum, maka untuk sementara gedung ini menjadi kantor Perpustakaan nasional selama 1 tahun sebelum gedung Perpustakaan nasional yang baru di Jl. Salemba selesai dibangun.

Kajian dilakukan oleh Tim Penelitian Kesejarahan Pendirian Museum Perumusan Nasakah Proklamasi yang terdiri dari: Drs, Soetopo Soetanto, Dra, Erry Muchtar, Dra. Rini Yuliastuti, Eka Putra Bhuwana, Yudha B Tangkilisan dan Sri Endah K. Tim ini dibentuk pada Oktober 1984 dengan tujuan untuk merealisasikan bangunan di Jl. Imam Bonjol No. 1 Jakarta menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Untuk memperkuat nuansa tampilan dan kondisi rumah ini sesai konteks peristiwa di 16 Agustus 1945, maka tim kajian menghubungi pihak Kedutaan Besar Jepang untuk mencari tahu keberadaan saksi pelaku yang pernah tinggal bersama Laksamana Tadashi Maeda. Hingga pada akhirnya pada 1985 Ibu Satsuki Mishima yang saat itu bertugas sebagai Sekretaris Urusan Rumah Tangga datang ke rumah ini.

Akhirnya pada 26 Maret 1987, pengelolaan gedung ini diserahkan kepada Direktorat Permuseuman Direktorat Jendral Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.0476/1992 tanggal 24 November 1992, gedung yang terletak di Jalan Imam Bonjol No.1 ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1843 seconds (0.1#10.140)