Peluncuran Buku, Analis Politik Internasional: Pentingnya Menjaga Kesehatan Mental
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menjaga kesehatan mental merupakan hal penting yang harus dilakukan masyarakat. Sebab kebanyakan orang cenderung lebih memerhatikan kesehatan fisik.
Bila mengacu pada slogan mens sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka kondisi fisik dan mental sama-sama perlu dijaga dan dirawat agar tetap sehat.
Sebagian orang mungkin pernah merasakan stress, tidak mampu mengelola stress dalam waktu lama, kemudian berada pada kondisi depresi yang mengganggu pola tidur (insomnia). Akibatnya, produktivitas kerja menurun karena sulit berkonsentrasi.
Kompleksnya masalah kesehatan mental telah mendorong pemerintah dan stakeholders terkait untuk memasukkannya ke dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan di Indonesia.
Artinya, pemerintah sungguh menaruh perhatian pada masalah kesehatan mental karena ini semakin relevan dan urgen untuk ditangani. Situasi di Indonesia dan di negara-negara lain juga menunjukkan pentingnya menyadari kesehatan mental.
Apabila tidak diatasi dengan benar, maka ini akan menjadi sumber disharmoni relasi, ketegangan sosial ekonomi, bahkan berpotensi memicu perselisihan dan konflik terbuka yang berdampak pada trauma psikis.
Pentingnya menjaga kesehatan mental ini terungkap dalam peluncuran buku berjudul “Bicara pada Kertas Putih” yang diadakan oleh Nadir Podcast, Personal Growth dan Studio API di Perpustakaan Nasional Lantai 24, Jalan Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta Pusat, Kamis (8/6/2023)
Hadir dalam peluncuran buku tersebut Analis Politik Internasional dan Resolusi Konflik Adriana Elisabeth, Pakar Psikologi Klinis Ratih Ibrahim dan sebagainya.
"Peristiwa-peristiwa di sekitar kita tidak sedikit bersumber dari masalah kesehatan mental yang memengaruhi emosional seseorang, seperti mudah sekali tersinggung, bertindak kasar, bahkan sampai berani menghabisi nyawa sendiri atau nyawa orang lain," ujar Analis Politik Internasional dan Resolusi Konflik Adriana Elisabeth.
Menurut Elisabeth, pandemi Covid-19 diyakini telah membawa bencana yang berdampak secara global dan langsung terhadap sektor ekonomi, sosial dan juga kesehatan, di mana tidak sedikit orang kehilangan pekerjaan dan mata pencarian, tidak dapat mengunjungi sanak keluarga/sahabat, serta banyak orang (terdekat) yang meninggal dunia.
"Meskipun World Health Organization/WHO menyatakan pandemi telah berakhir, kondisi kesehatan mental pascapandemi tidak secara otomatis pulih," katanya.
The National Intelligence Council, misalnya, membuat publikasi mengenai “Global Trends 2040, A More Contested World” pada Maret 2021 yang memerkirakan kondisi kesehatan mental akan terpengaruh sedikitnya sampai 2040.
"Masyarakat khususnya yang berusia antara 15-34 tahun akan cenderung mudah mengalami rasa takut berlebihan ataupun tidak terkendali (anxiety disorder), depresi, self-harm, overthinking, dan kesepian (loneliness)," katanya.
Di tengah kekhawatiran akan peningkatan masalah mental illness, kata dia, buku ini secara khusus membahas mengenai masalah kesehatan mental sebagai dampak dari pandemi Covid-19, terutama kondisi mental yang terguncang dan kehidupan yang terpuruk.
Buku ini juga mengungkap pengalaman para narasumber yang bicara di Nadir Podcast sejak 9 Februari 2022. Intinya, setiap orang dengan jujur telah membagi kisah-kisah seputar kesepian dan titik terendah di dalam kehidupannya.
"Obrolin Aja dipilih sebagai ajakan Nadir Podcast untuk berbagi kisah nyata, bukan rekayasa, dan tanpa penghakiman," katanya.
Cerita kehidupan para tamu Nadir Podcast kemudian dikemas ulang oleh seorang penulis berpengetahuan luas yakni Kristin Samah. "Bicara pada Kertas Putih adalah kiasan yang menggambarkan cara positif mengatasi kondisi mental ketika tidak stabil atau terguncang," katanya.
Istilah yang tren adalah healing melalui script therapy atau bentuk terapi sederhana dengan menuliskan semua rasa yang berkecamuk sedih, sepi, sendiri, gelisah, cemas, marah, dan lain-lain ke atas kertas sebagai media.
"Kertas putih ini tanpa protes akan menampung semua coretan, bahkan ia bersedia dirobek, dibuang, ataupun diinjak-injak bila tidak diperlukan lagi," katanya.
Pakar Psikologi Klinis Ratih Ibrahim menyampaikan perspektifnya mengenai masalah-masalah mental illness yang ditulis di dalam buku ini, selain mengulas pula masalah kesehatan mental secara umum.
"Poin penting yang lain adalah bagaimana kita perlu menumbuhkan kesadaran, sehingga paham kapan memerlukan bantuan tenaga profesional, seperti psikolog ataupun psikiater. Nadir Podcast hadir untuk membantu meskipun relatif minimalis," ujarnya.
Namun ketika seseorang memerlukan tempat bicara, Nadir Podcast adalah tempat yang tepat bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pengalaman kesepian, apalagi bagi yang berada pada fase ini dan belum tahu cara mengatasinya.
"Dengan buku ini, para pembaca diharapkan lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan mental, berani terbuka, dan segera mencari pertolongan yang tepat," ucapnya.
Bila mengacu pada slogan mens sana in corpore sano, di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang kuat, maka kondisi fisik dan mental sama-sama perlu dijaga dan dirawat agar tetap sehat.
Sebagian orang mungkin pernah merasakan stress, tidak mampu mengelola stress dalam waktu lama, kemudian berada pada kondisi depresi yang mengganggu pola tidur (insomnia). Akibatnya, produktivitas kerja menurun karena sulit berkonsentrasi.
Kompleksnya masalah kesehatan mental telah mendorong pemerintah dan stakeholders terkait untuk memasukkannya ke dalam Rancangan Undang-Undang (RUU) Kesehatan di Indonesia.
Artinya, pemerintah sungguh menaruh perhatian pada masalah kesehatan mental karena ini semakin relevan dan urgen untuk ditangani. Situasi di Indonesia dan di negara-negara lain juga menunjukkan pentingnya menyadari kesehatan mental.
Apabila tidak diatasi dengan benar, maka ini akan menjadi sumber disharmoni relasi, ketegangan sosial ekonomi, bahkan berpotensi memicu perselisihan dan konflik terbuka yang berdampak pada trauma psikis.
Pentingnya menjaga kesehatan mental ini terungkap dalam peluncuran buku berjudul “Bicara pada Kertas Putih” yang diadakan oleh Nadir Podcast, Personal Growth dan Studio API di Perpustakaan Nasional Lantai 24, Jalan Medan Merdeka Selatan No.11, Jakarta Pusat, Kamis (8/6/2023)
Hadir dalam peluncuran buku tersebut Analis Politik Internasional dan Resolusi Konflik Adriana Elisabeth, Pakar Psikologi Klinis Ratih Ibrahim dan sebagainya.
"Peristiwa-peristiwa di sekitar kita tidak sedikit bersumber dari masalah kesehatan mental yang memengaruhi emosional seseorang, seperti mudah sekali tersinggung, bertindak kasar, bahkan sampai berani menghabisi nyawa sendiri atau nyawa orang lain," ujar Analis Politik Internasional dan Resolusi Konflik Adriana Elisabeth.
Menurut Elisabeth, pandemi Covid-19 diyakini telah membawa bencana yang berdampak secara global dan langsung terhadap sektor ekonomi, sosial dan juga kesehatan, di mana tidak sedikit orang kehilangan pekerjaan dan mata pencarian, tidak dapat mengunjungi sanak keluarga/sahabat, serta banyak orang (terdekat) yang meninggal dunia.
"Meskipun World Health Organization/WHO menyatakan pandemi telah berakhir, kondisi kesehatan mental pascapandemi tidak secara otomatis pulih," katanya.
The National Intelligence Council, misalnya, membuat publikasi mengenai “Global Trends 2040, A More Contested World” pada Maret 2021 yang memerkirakan kondisi kesehatan mental akan terpengaruh sedikitnya sampai 2040.
"Masyarakat khususnya yang berusia antara 15-34 tahun akan cenderung mudah mengalami rasa takut berlebihan ataupun tidak terkendali (anxiety disorder), depresi, self-harm, overthinking, dan kesepian (loneliness)," katanya.
Di tengah kekhawatiran akan peningkatan masalah mental illness, kata dia, buku ini secara khusus membahas mengenai masalah kesehatan mental sebagai dampak dari pandemi Covid-19, terutama kondisi mental yang terguncang dan kehidupan yang terpuruk.
Buku ini juga mengungkap pengalaman para narasumber yang bicara di Nadir Podcast sejak 9 Februari 2022. Intinya, setiap orang dengan jujur telah membagi kisah-kisah seputar kesepian dan titik terendah di dalam kehidupannya.
"Obrolin Aja dipilih sebagai ajakan Nadir Podcast untuk berbagi kisah nyata, bukan rekayasa, dan tanpa penghakiman," katanya.
Cerita kehidupan para tamu Nadir Podcast kemudian dikemas ulang oleh seorang penulis berpengetahuan luas yakni Kristin Samah. "Bicara pada Kertas Putih adalah kiasan yang menggambarkan cara positif mengatasi kondisi mental ketika tidak stabil atau terguncang," katanya.
Istilah yang tren adalah healing melalui script therapy atau bentuk terapi sederhana dengan menuliskan semua rasa yang berkecamuk sedih, sepi, sendiri, gelisah, cemas, marah, dan lain-lain ke atas kertas sebagai media.
"Kertas putih ini tanpa protes akan menampung semua coretan, bahkan ia bersedia dirobek, dibuang, ataupun diinjak-injak bila tidak diperlukan lagi," katanya.
Pakar Psikologi Klinis Ratih Ibrahim menyampaikan perspektifnya mengenai masalah-masalah mental illness yang ditulis di dalam buku ini, selain mengulas pula masalah kesehatan mental secara umum.
"Poin penting yang lain adalah bagaimana kita perlu menumbuhkan kesadaran, sehingga paham kapan memerlukan bantuan tenaga profesional, seperti psikolog ataupun psikiater. Nadir Podcast hadir untuk membantu meskipun relatif minimalis," ujarnya.
Namun ketika seseorang memerlukan tempat bicara, Nadir Podcast adalah tempat yang tepat bagi siapa saja yang ingin menyampaikan pengalaman kesepian, apalagi bagi yang berada pada fase ini dan belum tahu cara mengatasinya.
"Dengan buku ini, para pembaca diharapkan lebih memahami pentingnya menjaga kesehatan mental, berani terbuka, dan segera mencari pertolongan yang tepat," ucapnya.
(mpw)