Tantangan Tahun Ajaran Baru: PJJ dan Mendekatkan Guru dengan Siswa Baru
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tahun ajaran baru telah dimulai hari ini. Sekolah-sekolah mengalami dilema antara mengadakan kegiatan belajar mengajar (KBM) tatap muka atau jarak jauh.
Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Labschool Jakarta, Suparno Sastro mengatakan pihaknya sebenarnya sudah melakukan belajar tatap muka. Namun, jumlah kasus positif COVID-19 yang masih tinggi membuat sekolah memilih tetap melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). (Baca juga: 4 Kampus di Dunia Paling Sulit Ditembus Calon Mahasiswa)
“Di Jakarta dan daerah-daerah sekitar masih zona kuning. Daerah asal siswa dan guru pun ada yang zona kuning dan merah sehingga pembelajaran menggunakan pola jarak jauh,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin (13/7/2020).
SMA Labschool menyediakan tujuh aplikasi zoom meeting berbayar dengan kapasitas 500 orang. Suparno menerangkan pihaknya sebenarnya menyerahkan kepada guru dan siswa terkait pilihan aplikasi PJJ.
“Bisa menggunakan google meet, ada yang friendly itu IG Story, dan line. Anak-anak sukanya pakai line. Platform untuk memberikan materi, apa saja yang membuat nyaman bagi mereka,” ucapnya.
Dia mengakui ada tantangan ketika memasuki tahun ajaran baru karena ada siswa yang baru masuk ke sekolah atau kelas 10 (SMA). Kuncinya, ada pada pelaksanaan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang akan berlangsung selama 3 hari pada 13-15 Juli ini.
SMA Labschool sendiri melaksanakan MPLS secara virtual untuk mengenalkan guru, jajaran manajemen, dan lingkungan sekolah. Kondisi dan interaksi awal yang berbeda ini menjadi tantangan bagi sekolah untuk mendekatkan diri dengan peserta didik baru.
“Proses adaptasi dengan orang-orang yang secara emosional tidak pernah ketemu. Masing-masing guru akan berinteraksi dengan mereka (peserta didik baru),” tuturnya. ( )
Sementera itu, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 52 Jakarta membuat video tentang para guru, jajaran manajemen, pengurus OSIS, dan himne sekolah. “Pengenalan himne itu agar mereka merasa dekat dengan SMPN 52 secara psikologi dan perasaan atau seni,” ujar Kepala SMPN 52 Jakarta Heru Purnomo.
Kepala Sekolah Menengah Atas (SMA) Labschool Jakarta, Suparno Sastro mengatakan pihaknya sebenarnya sudah melakukan belajar tatap muka. Namun, jumlah kasus positif COVID-19 yang masih tinggi membuat sekolah memilih tetap melakukan pembelajaran jarak jauh (PJJ). (Baca juga: 4 Kampus di Dunia Paling Sulit Ditembus Calon Mahasiswa)
“Di Jakarta dan daerah-daerah sekitar masih zona kuning. Daerah asal siswa dan guru pun ada yang zona kuning dan merah sehingga pembelajaran menggunakan pola jarak jauh,” ujarnya saat dihubungi SINDOnews, Senin (13/7/2020).
SMA Labschool menyediakan tujuh aplikasi zoom meeting berbayar dengan kapasitas 500 orang. Suparno menerangkan pihaknya sebenarnya menyerahkan kepada guru dan siswa terkait pilihan aplikasi PJJ.
“Bisa menggunakan google meet, ada yang friendly itu IG Story, dan line. Anak-anak sukanya pakai line. Platform untuk memberikan materi, apa saja yang membuat nyaman bagi mereka,” ucapnya.
Dia mengakui ada tantangan ketika memasuki tahun ajaran baru karena ada siswa yang baru masuk ke sekolah atau kelas 10 (SMA). Kuncinya, ada pada pelaksanaan masa pengenalan lingkungan sekolah (MPLS) yang akan berlangsung selama 3 hari pada 13-15 Juli ini.
SMA Labschool sendiri melaksanakan MPLS secara virtual untuk mengenalkan guru, jajaran manajemen, dan lingkungan sekolah. Kondisi dan interaksi awal yang berbeda ini menjadi tantangan bagi sekolah untuk mendekatkan diri dengan peserta didik baru.
“Proses adaptasi dengan orang-orang yang secara emosional tidak pernah ketemu. Masing-masing guru akan berinteraksi dengan mereka (peserta didik baru),” tuturnya. ( )
Sementera itu, Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 52 Jakarta membuat video tentang para guru, jajaran manajemen, pengurus OSIS, dan himne sekolah. “Pengenalan himne itu agar mereka merasa dekat dengan SMPN 52 secara psikologi dan perasaan atau seni,” ujar Kepala SMPN 52 Jakarta Heru Purnomo.
(kri)