Dukung Transisi Energi Bersih, Perguruan Tinggi Jadi Motor Penggerak Inovasi Kendaraan Listrik
Kamis, 12 September 2024 - 13:12 WIB
Dendrit atau kritalisasi logam lithium itu dimulai pada anoda dan dapat menyebar ke seluruh baterai. Ketua Tim Penelitian Prof Dr Ir Heru Setyawan menjelaskan, baterai ini juga menggandeng mahasiswa S1 hingga S3 Departemen Teknik Kimia ITS.
Lebih lanjut, profesor Departemen Teknik Kima ITS ini menerangkan, timnya menggunakan elektrodeposisi campuran logam Zn dan Mn untuk mengatasi peristiwa dendrit. Baterai udara ini didesain secara khusus sehingga memiliki permukaan kurus dan tiga dimensi agar ion aluminium dapat secara homogen mengambil aluminium.
“Alhasil, baterai menjadi bertahan lebih lama hingga 140 jam,” ujar dosen dari Laboratorium Elektrokimia ITS ini, dikutip dari laman Ditjen Diktiristek, Kamis (12/9/2024).
Baterai ini juga diklaim lebih ramah lingkungan karena menggunakan elektrolit air dengan tambahan garam Natrium Klorida (NaCL), larutan garam yang biasa dikonsumsi sehari-hari sehingga aman bagi tubuh manusia.
Meski berbagai inovasi kendaraan listrik sudah banyak lahir dari rahim perguruan tinggi namun mantan Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek Prof Nizam berharap perguruan tinggi tetap melakukan riset atas kendaraan ramah lingkungan ini.
"Riset dan pengembangan masih terus dilakukan teman-teman kampus," ujar Nizam yang masa jabatannya berakhir tahun ini, ketika dimintai tanggapannya oleh SINDOnews.
Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menilai, riset dalam pengembangan baterai hingga recyle baterai di kendaraan listrik perlu digencarkan. Termasuk riset untuk pengembangan fuel cell sebagai penggerak kendaraan listrik di masa depan.
Prof Nizam (batik) berfoto bersama tim Semar UGM yang menciptakan mobil listrik hemat energi Urban Hydroz. Foto/Humas Diktiristek.
Lebih lanjut, profesor Departemen Teknik Kima ITS ini menerangkan, timnya menggunakan elektrodeposisi campuran logam Zn dan Mn untuk mengatasi peristiwa dendrit. Baterai udara ini didesain secara khusus sehingga memiliki permukaan kurus dan tiga dimensi agar ion aluminium dapat secara homogen mengambil aluminium.
“Alhasil, baterai menjadi bertahan lebih lama hingga 140 jam,” ujar dosen dari Laboratorium Elektrokimia ITS ini, dikutip dari laman Ditjen Diktiristek, Kamis (12/9/2024).
Baterai ini juga diklaim lebih ramah lingkungan karena menggunakan elektrolit air dengan tambahan garam Natrium Klorida (NaCL), larutan garam yang biasa dikonsumsi sehari-hari sehingga aman bagi tubuh manusia.
Riset Berkelanjutan
Meski berbagai inovasi kendaraan listrik sudah banyak lahir dari rahim perguruan tinggi namun mantan Dirjen Pendidikan Tinggi, Riset, dan Teknologi (Diktiristek) Kemendikbudristek Prof Nizam berharap perguruan tinggi tetap melakukan riset atas kendaraan ramah lingkungan ini.
"Riset dan pengembangan masih terus dilakukan teman-teman kampus," ujar Nizam yang masa jabatannya berakhir tahun ini, ketika dimintai tanggapannya oleh SINDOnews.
Guru Besar Universitas Gadjah Mada (UGM) itu menilai, riset dalam pengembangan baterai hingga recyle baterai di kendaraan listrik perlu digencarkan. Termasuk riset untuk pengembangan fuel cell sebagai penggerak kendaraan listrik di masa depan.
Prof Nizam (batik) berfoto bersama tim Semar UGM yang menciptakan mobil listrik hemat energi Urban Hydroz. Foto/Humas Diktiristek.
tulis komentar anda