Denny JA Luncurkan Buku The Power of Silence, Ceritakan Perjalanan Batin Melalui Lukisan
loading...
A
A
A
Hal itulah yang kemudian membuat Denny melupakan gagasan untuk mengekspresikan keheningan melalui lukisan. Perhatiannya pun sibuk teralihkan oleh kegiatan lain.
Namun 11 tahun kemudian, momen dan gagasan tersebut datang kembali. Pada 2022, saat dunia telah berubah begitu pesat dan Artificial Intelligence (AI) sudah masuk lebih intens dalam kehidupan sehari-hari, Denny pun berkenalan dengan banyak aplikasi lukisan. Beberapa di antaranya menggunakan AI.
Pada periode Oktober-November 2022, Denny pun intens menggabungkan 4 hingga 5 aplikasi lukisan dengan AI, agar saling melengkapi. Trial and error pun ia jalani.
“Tapi ternyata, sehebat-hebatnya satu aplikasi lukisan, walau ia berisi Artificial Intelligence sekalipun, tetap tak bisa memuaskan apa yang saya ingin,” tulis Denny.
Karena itulah, untuk memuaskan batinnya, ia menambahkan goresan tangan. “Harus ada goresan dari tangan saya sendiri, dengan tarikan dan getaran batin saya, dengan olahan warna ramuan saya sendiri, hanya dengan sentuhan personal seperti itu, imajinasi saya soal lukisan terpuaskan,” sambungnya.
Lalu, sebelum membuat serial lukisan, Denny pun merasa harus menjawab dan menuntaskan tiga perkara. Pertama, bisakah ia mengklaim lukisan yang dibantu berbagai aplikasi lukisan ini sebagai karya pribadi?
Kedua, di mana beda dan differensi lukisannya dibanding orang lain yang menggunakan aplikasi lukisan yang sama. Dan Ketiga, karakter apa yang ingin ia tampilkan dalam lukisan itu?
Ketiga hal itu pun ia jawab dengan detil melalui pengantar yang ia tulis di buku “The Power of Silence, 73 Lukisan Spiritual Denny JA”.
Buku setebal 116 halaman ini berisi 73 karya lukisan Denny JA yang dibantu dengan AI dan mengangkat tema spiritualitas dalam keheningan.
Keunikan karya terbarunya ini pun mengundang perhatian dari tiga kurator dan pengamat seni rupa kawakan di tanah air. Mereka adalah Agus Dermawan T, Bambang Asrini Widjanarko, dan Frigidanto Agung.
Namun 11 tahun kemudian, momen dan gagasan tersebut datang kembali. Pada 2022, saat dunia telah berubah begitu pesat dan Artificial Intelligence (AI) sudah masuk lebih intens dalam kehidupan sehari-hari, Denny pun berkenalan dengan banyak aplikasi lukisan. Beberapa di antaranya menggunakan AI.
Pada periode Oktober-November 2022, Denny pun intens menggabungkan 4 hingga 5 aplikasi lukisan dengan AI, agar saling melengkapi. Trial and error pun ia jalani.
“Tapi ternyata, sehebat-hebatnya satu aplikasi lukisan, walau ia berisi Artificial Intelligence sekalipun, tetap tak bisa memuaskan apa yang saya ingin,” tulis Denny.
Karena itulah, untuk memuaskan batinnya, ia menambahkan goresan tangan. “Harus ada goresan dari tangan saya sendiri, dengan tarikan dan getaran batin saya, dengan olahan warna ramuan saya sendiri, hanya dengan sentuhan personal seperti itu, imajinasi saya soal lukisan terpuaskan,” sambungnya.
Lalu, sebelum membuat serial lukisan, Denny pun merasa harus menjawab dan menuntaskan tiga perkara. Pertama, bisakah ia mengklaim lukisan yang dibantu berbagai aplikasi lukisan ini sebagai karya pribadi?
Kedua, di mana beda dan differensi lukisannya dibanding orang lain yang menggunakan aplikasi lukisan yang sama. Dan Ketiga, karakter apa yang ingin ia tampilkan dalam lukisan itu?
Ketiga hal itu pun ia jawab dengan detil melalui pengantar yang ia tulis di buku “The Power of Silence, 73 Lukisan Spiritual Denny JA”.
Buku setebal 116 halaman ini berisi 73 karya lukisan Denny JA yang dibantu dengan AI dan mengangkat tema spiritualitas dalam keheningan.
Keunikan karya terbarunya ini pun mengundang perhatian dari tiga kurator dan pengamat seni rupa kawakan di tanah air. Mereka adalah Agus Dermawan T, Bambang Asrini Widjanarko, dan Frigidanto Agung.