Denny JA Luncurkan Buku The Power of Silence, Ceritakan Perjalanan Batin Melalui Lukisan
loading...
A
A
A
Sejumlah paduan gaya lukisan yang populer dalam jagat penciptaan seni lukis modern, dan telah memesona pencinta seni visual di mana-mana.
Agus menulis, Denny yang “menemukan” perpaduan itu di berbagai museum seni lukis di dunia lewat lukisan Claude Monet, Van Gogh, Camile Pissaro dan sebagainya. Ia pun terhanyut, dan lantas mengikut.
Namun yang unik, bila Claude Monet dan pelukis lainnya itu menggubah bentuk lewat prosedur seni lukis konvensional, maka Denny melukis dengan cara yang cenderung “radikal”.
“Apabila Monet yang menggunakan pensil, kuas, pisau palet serta cat untuk menciptakan wujud, Denny menggunakan perangkat AI untuk menghadirkan bentuk,” tambahnya.
Apabila Monet dan kawan- kawannya melukis dengan tangannya, Denny mencipta dengan komputernya. Dengan perangkat canggih itu menjalankan proses penciptaannya.
Komentar senada juga diungkapkan oleh Frigidanto Agung. Menurutnya, subjek lukisan Denny JA digambarkan secara nyata dalam ruang yang apa adanya. Bawah laut dengan penyelamnya seorang diri menyelami dunia bawah dengan alat selam. Sedangkan ruang angkasa digambarkan pesawat ulang alik yang sedang terbang di langit pencapaian tertingginya.
Warna-warna yang dipakai dalam lukisan ini mempersepsikan bagaimana kondisi yang ada dalam kenyataan alam, bawah laut dan ruang angkasa, dengan warna pastel, goresan ada di sana-sini untuk menunjukan reaktansi alam dengan geraknya yang tersentuh liyan (the other).
Mengenai bahasa visual yang dimunculkan dalam lukisan ini menjadi atraktif karena pemakaian teknologi. Percampuran lukisan dengan teknologi yang kini berkembang pesat membawa misi bahwa pengaruh satu bidang akan mempengaruhi bidang lainnya.
"Teknologi telah masuk pada bidang seni, pengaruhnya luar biasa. Ditambah lagi dengan pemakaian computerized dalam mengadaptasi berbagai memori dan remote terhadap karya seni yang dibuat. Hal ini menambah nampak rumitnya karya tersebut," jelasnya.
Tidak berhenti pada buku ini, Denny JA pun tengah mempersiapkan buku kedua soal lukisan yang dibantu AI. Jika buku pertama berisi lukisan mengeksplor perjalanan batin, maka buku kedua lebih soal lukisan isu sosial. Misalnya rekaman mengenai drama manusia di era bencana covid-19.
Agus menulis, Denny yang “menemukan” perpaduan itu di berbagai museum seni lukis di dunia lewat lukisan Claude Monet, Van Gogh, Camile Pissaro dan sebagainya. Ia pun terhanyut, dan lantas mengikut.
Namun yang unik, bila Claude Monet dan pelukis lainnya itu menggubah bentuk lewat prosedur seni lukis konvensional, maka Denny melukis dengan cara yang cenderung “radikal”.
“Apabila Monet yang menggunakan pensil, kuas, pisau palet serta cat untuk menciptakan wujud, Denny menggunakan perangkat AI untuk menghadirkan bentuk,” tambahnya.
Apabila Monet dan kawan- kawannya melukis dengan tangannya, Denny mencipta dengan komputernya. Dengan perangkat canggih itu menjalankan proses penciptaannya.
Komentar senada juga diungkapkan oleh Frigidanto Agung. Menurutnya, subjek lukisan Denny JA digambarkan secara nyata dalam ruang yang apa adanya. Bawah laut dengan penyelamnya seorang diri menyelami dunia bawah dengan alat selam. Sedangkan ruang angkasa digambarkan pesawat ulang alik yang sedang terbang di langit pencapaian tertingginya.
Warna-warna yang dipakai dalam lukisan ini mempersepsikan bagaimana kondisi yang ada dalam kenyataan alam, bawah laut dan ruang angkasa, dengan warna pastel, goresan ada di sana-sini untuk menunjukan reaktansi alam dengan geraknya yang tersentuh liyan (the other).
Mengenai bahasa visual yang dimunculkan dalam lukisan ini menjadi atraktif karena pemakaian teknologi. Percampuran lukisan dengan teknologi yang kini berkembang pesat membawa misi bahwa pengaruh satu bidang akan mempengaruhi bidang lainnya.
"Teknologi telah masuk pada bidang seni, pengaruhnya luar biasa. Ditambah lagi dengan pemakaian computerized dalam mengadaptasi berbagai memori dan remote terhadap karya seni yang dibuat. Hal ini menambah nampak rumitnya karya tersebut," jelasnya.
Tidak berhenti pada buku ini, Denny JA pun tengah mempersiapkan buku kedua soal lukisan yang dibantu AI. Jika buku pertama berisi lukisan mengeksplor perjalanan batin, maka buku kedua lebih soal lukisan isu sosial. Misalnya rekaman mengenai drama manusia di era bencana covid-19.