12 Dosen UIN Jakarta Ditetapkan Jadi Guru Besar, Ini Harapan Rektor
loading...
A
A
A
Jika seorang professor berhenti belajar, lanjutnya, maka itu yang disebut dengan kematian yang hakiki dari seorang guru besar. Karena, orang yang terpelajar hanyalah pemilik masalalu, dan orang yang terus belajar menjadi pemilih masa depan.
Sebelumnya, lima dosen di lingkungan UIN Jakarta juga ditetapkan Menteri Pendidikan, Kebudyaaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) sebagai guru besar. Kelimanya, Dr. Fadhilah Suralaga M.Si, Dr. Nur Inayah M.Si, Dr. Dzuriyatun Toyibah M.Si., Dr. Nurochim MM, dan Dr. Fauzan MA Selain itu,
Menanggapi penetapan belasan guru besar UIN Jakarta, Rektor Asep Jahar menyampaikan apresiasi sekaligus harapannya kepada para guru besar baru. “Saya berharap guru besar baru yang dilantik bisa menjadi motor penguatan akademik dan non akademik UIN Jakarta, sekaligus juga menginspirasi para dosen lain sehingga sumber daya pendidik kita terus menguat,” katanya.
Dalam beberapa kesempatan, Rektor Asep Jahar menuturkan jika guru besar memang merupakan karier tertinggi dalam dunia akademik namun ia bukan akhir karier perjalanan akademik seseorang. “Ini adalah sebuah awal dari perjalanan sebagai akademisi,” tandasnya.
Sebagai profesor, lanjut Rektor, seorang guru besar justru memikul tanggung jawab lebih besar dengan menjadi figur teladan untuk bersikap rendah hati. Ini misalnya direalisasikan dengan mudahnya seorang profesor untuk berkomunikasi dengan para mahasiswa dalam membantu studi mereka.
“Ketika sudah jadi guru besar, jangan susah berkomunikasi, susah dikontak mahasiswa. Tapi ketika menjadi guru besar dia harus menjadi seorang yang humble, selalu membaur, selalu membantu (mahasiswa, red.) dalam pengembangan akademik,” pesannya.
Selain itu, sambung Rektor, ketika seorang dosen diangkat menjadi guru besar ia dituntut menjadi motor dalam pengembangan akademik. Guru besar diharapkan terus mendorong kajian keilmuan maupun riset-riset inovatif.
“Menjadi profesor bukan untuk pencapaian popular man. Tapi harus menjadi orang yang berdedikasi dalam memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu dan pengabdian kepada masyarakat,” paparnya.
Sebelumnya, lima dosen di lingkungan UIN Jakarta juga ditetapkan Menteri Pendidikan, Kebudyaaan, Riset dan Teknologi (Mendikbudristek) sebagai guru besar. Kelimanya, Dr. Fadhilah Suralaga M.Si, Dr. Nur Inayah M.Si, Dr. Dzuriyatun Toyibah M.Si., Dr. Nurochim MM, dan Dr. Fauzan MA Selain itu,
Menanggapi penetapan belasan guru besar UIN Jakarta, Rektor Asep Jahar menyampaikan apresiasi sekaligus harapannya kepada para guru besar baru. “Saya berharap guru besar baru yang dilantik bisa menjadi motor penguatan akademik dan non akademik UIN Jakarta, sekaligus juga menginspirasi para dosen lain sehingga sumber daya pendidik kita terus menguat,” katanya.
Dalam beberapa kesempatan, Rektor Asep Jahar menuturkan jika guru besar memang merupakan karier tertinggi dalam dunia akademik namun ia bukan akhir karier perjalanan akademik seseorang. “Ini adalah sebuah awal dari perjalanan sebagai akademisi,” tandasnya.
Sebagai profesor, lanjut Rektor, seorang guru besar justru memikul tanggung jawab lebih besar dengan menjadi figur teladan untuk bersikap rendah hati. Ini misalnya direalisasikan dengan mudahnya seorang profesor untuk berkomunikasi dengan para mahasiswa dalam membantu studi mereka.
“Ketika sudah jadi guru besar, jangan susah berkomunikasi, susah dikontak mahasiswa. Tapi ketika menjadi guru besar dia harus menjadi seorang yang humble, selalu membaur, selalu membantu (mahasiswa, red.) dalam pengembangan akademik,” pesannya.
Selain itu, sambung Rektor, ketika seorang dosen diangkat menjadi guru besar ia dituntut menjadi motor dalam pengembangan akademik. Guru besar diharapkan terus mendorong kajian keilmuan maupun riset-riset inovatif.
“Menjadi profesor bukan untuk pencapaian popular man. Tapi harus menjadi orang yang berdedikasi dalam memberikan kontribusi pada pengembangan ilmu dan pengabdian kepada masyarakat,” paparnya.
(mpw)