Manfaatkan Produk Biodiesel, Kontingen Mahasiswa ITS Raih Emas di Pimnas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Produksi minyak jelantah akibat konsumsi minyak goreng di masyarakat semakin meningkat. Beberapa pihak telah memanfaatkan minyak jelantah ini sebagai biodiesel , tetapi crude glycerol yang merupakan produk sampingnya masih terbuang begitu saja.
Mengangkat permasalahan ini, tiga mahasiswa dari Departemen Kimia ITS melahirkan sebuah inovasi untuk mengkonversi limbah tersebut menjadi asam laktat yang bermanfaat. (Baca juga: Rektor UNS Resmikan Sistem Integrasi Data dan Informasi UNS )
Dengan kreativitas yang dibawanya, Gardini Nilasari, Annisa Putri Agustin dan Dewi Septiningtyas menjadi salah satu bagian kontingen ITS di Pimnas ke-33 dan berhasil menyabet emas di kategori presentasi PKM Penelitian Eksakta, beberapa waktu lalu.
Gardini selaku Koordinator Tim mengungkapkan, penelitian ini awalnya merujuk pada menumpuknya crude glycerol di Laboratorium Departemen Kimia ITS.
Produk tersebut merupakan produk samping dari proses transesterifikasi minyak jelantah pada sintesis biodiesel. “Kalau dibuang akan menyebabkan limbah baru, padahal tujuan awal pemanfaatan minyak jelantah ini untuk mengurangi limbah,” katanya melalui siaran pers, Rabu (6/1/2021). (Baca juga: Sisihkan 14 Negara, Mahasiswa IPB Menangi Kompetisi Fotografi Internasional )
Crude glycerol sendiri memiliki tingkat kemurnian dan nilai ekonomi yang rendah, sehingga perlu dimanfaatkan dengan cara dikonversi menjadi beberapa produk. Produk tersebut antara lain adalah asam formiat, asam oksalat, asam gliserat, 1,2-propanadiol, serta asam laktat.
Dalam penelitian yang dilakukan mereka, produk tersebut dikonversi menjadi asam laktat. Pemilihan asam laktat sebagai hasil konversi, menurut Gardini, dikarenakan pemanfaatannya yang masif dalam industri.
Hal ini membuat jumlah permintaan asam laktat semakin banyak dan diprediksi akan mencapai 1,96 juta ton pada tahun 2025 nanti. “Asam laktat berpotensi digunakan sebagai bahan plastik poly lactic acid (PLA) yang mudah terurai, sehingga mendukung tujuan SDGs yaitu menjaga ekosistem laut dan darat,” ujarnya. (Baca juga: Tingkatkan Produktivitas UKM, ITS Rancang Dandang Lontong Berteknologi )
Mengenai proses konversinya, Gardini dan kedua rekannya menggunakan metode konversi katalitik hidrotermal dengan katalis Ni/grafit. Metode tersebut dipilih dengan hipotesis akan diperoleh hasil asam laktat yang tinggi dibandingkan metode konvensional (fermentasi).
Serta, tidak diperlukan proses purifikasi untuk crude glycerol sehingga lebih efisien dan waktu yang diperlukan untuk reaksinya juga relatif cepat.
Mengangkat permasalahan ini, tiga mahasiswa dari Departemen Kimia ITS melahirkan sebuah inovasi untuk mengkonversi limbah tersebut menjadi asam laktat yang bermanfaat. (Baca juga: Rektor UNS Resmikan Sistem Integrasi Data dan Informasi UNS )
Dengan kreativitas yang dibawanya, Gardini Nilasari, Annisa Putri Agustin dan Dewi Septiningtyas menjadi salah satu bagian kontingen ITS di Pimnas ke-33 dan berhasil menyabet emas di kategori presentasi PKM Penelitian Eksakta, beberapa waktu lalu.
Gardini selaku Koordinator Tim mengungkapkan, penelitian ini awalnya merujuk pada menumpuknya crude glycerol di Laboratorium Departemen Kimia ITS.
Produk tersebut merupakan produk samping dari proses transesterifikasi minyak jelantah pada sintesis biodiesel. “Kalau dibuang akan menyebabkan limbah baru, padahal tujuan awal pemanfaatan minyak jelantah ini untuk mengurangi limbah,” katanya melalui siaran pers, Rabu (6/1/2021). (Baca juga: Sisihkan 14 Negara, Mahasiswa IPB Menangi Kompetisi Fotografi Internasional )
Crude glycerol sendiri memiliki tingkat kemurnian dan nilai ekonomi yang rendah, sehingga perlu dimanfaatkan dengan cara dikonversi menjadi beberapa produk. Produk tersebut antara lain adalah asam formiat, asam oksalat, asam gliserat, 1,2-propanadiol, serta asam laktat.
Dalam penelitian yang dilakukan mereka, produk tersebut dikonversi menjadi asam laktat. Pemilihan asam laktat sebagai hasil konversi, menurut Gardini, dikarenakan pemanfaatannya yang masif dalam industri.
Hal ini membuat jumlah permintaan asam laktat semakin banyak dan diprediksi akan mencapai 1,96 juta ton pada tahun 2025 nanti. “Asam laktat berpotensi digunakan sebagai bahan plastik poly lactic acid (PLA) yang mudah terurai, sehingga mendukung tujuan SDGs yaitu menjaga ekosistem laut dan darat,” ujarnya. (Baca juga: Tingkatkan Produktivitas UKM, ITS Rancang Dandang Lontong Berteknologi )
Mengenai proses konversinya, Gardini dan kedua rekannya menggunakan metode konversi katalitik hidrotermal dengan katalis Ni/grafit. Metode tersebut dipilih dengan hipotesis akan diperoleh hasil asam laktat yang tinggi dibandingkan metode konvensional (fermentasi).
Serta, tidak diperlukan proses purifikasi untuk crude glycerol sehingga lebih efisien dan waktu yang diperlukan untuk reaksinya juga relatif cepat.