Unkris Sebut Kongres Kebangsaan Langkah Strategis Penguatan Bangsa
loading...
A
A
A
Sementara itu, Ketua Aliansi Kebangsaan Pontjo Sutowo mengemukakan, Kongres Kebangsaan digagas oleh kaum cendekiawan dari berbagai lintas profesi dan institusi, bekerja sama dengan masyarakat politik dan golongan pengusaha yang merasa terpanggil menjadikan krisis pandemi sebagai titik balik semangat gotong-royong untuk kebangkitan bangsa.
"93 tahun yang lalu, sekumpulan pemuda-pelajar dari berbagai latar etnis, agama dan kepulauan berikrar di Jakarta, untuk mempertautkan keragaman menjadi kesatuan kekuatan dengan mengaku: "bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sumpah ini pun harus kita lihat sebagai monumen dari rangkaian respons kaum inteligensia sadar politik terhadap krisis sosial-ekonomi-politik di Hindia Belanda pada masa itu," kata Pontjo.
Ia menyebut bahwa pandemi Covid-19 membantu bangsa Indonesia mengenali kekuatan dan kelemahan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Bahkan krisis pandemi bisa menjadi titik balik dalam mengupayakan pembangunan kualitas hidup dan peradaban sebagai pengamalan Pancasila.
"Bahwa keampuhan Pancasila sebagai ideologi menuntutnya menjadi "ideologi kerja" (working ideology) dalam praksis pembangunan. Dengan kata lain, ideologi Pancasila itu harus menjadi kerangka paradigmatik dalam pembangunan nasional, yang dibudayakan dalam tiga ranah peradaban: ranah nilai budaya (mental-spiritual-karakter) dalam kerangka "tata nilai", ranah kelembagaan sosial-politik dalam kerangka "tata kelola" (governancy), ranah material-teknologikal dalam kerangka "tata sejahtera"," katanya.
Ikrar Kebangkitan Kebangsaan
Dalam Kongres Kebangsaan peserta membacakan Ikrar Kebangkitan Kebangsaan yang terdiri atas 3 poin. Adapun Ikrar Kebangkitan Kebangsaan tersebut adalah:
1. Kami putra dan putri Indonesia bersyukur atas karunia kemerdekaan, Dasar Negara Pancasila, serta segala potensi keragaman manusia, keragaman hayati, keragaman budaya, keragaman spiritual, dan keragaman sumber daya, yang kami yakini sebagai modal kemajuan dan kebahagiaan bangsa yang harus diolah dengan penuh percaya diri, berkemandirian, berkepribadian, berkelanjutan, bermental kreatif dan berintegritas.
2. Kami putra dan putri Indonesia berdiri sebagai anak-anak negeri bahari yang berani mengarungi tantangan gelombang perkembangan global dan terlibat dalam pergaulan dunia dengan sikap terbuka terhadap unsur-unsur positif dari luar yang dapat memperkaya mutu kemanusiaan dan kemampuan bangsa untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan peradaban, kedaulatan, dan kemakmuran seluruh rakyat.
3. Kami putra dan putri Indonesia berkeyakinan pentingnya penataan sistem pengelolaan negara secara terencana, terpadu dan berkelanjutan, yang lebih mampu memenuhi pembangunan rohani dan jasmani, mengolah potensi dan realitas bangsa serta sanggup menghadapi tantangan global, dalam semangat gotong-royong yang melibatkan partisipasi segenap komponen bangsa, dengan pembagian peran yang tepat antara negara, komunitas dan dunia usaha.
"93 tahun yang lalu, sekumpulan pemuda-pelajar dari berbagai latar etnis, agama dan kepulauan berikrar di Jakarta, untuk mempertautkan keragaman menjadi kesatuan kekuatan dengan mengaku: "bertumpah darah satu, tanah air Indonesia; berbangsa satu, bangsa Indonesia, dan menjunjung bahasa persatuan, bahasa Indonesia". Sumpah ini pun harus kita lihat sebagai monumen dari rangkaian respons kaum inteligensia sadar politik terhadap krisis sosial-ekonomi-politik di Hindia Belanda pada masa itu," kata Pontjo.
Ia menyebut bahwa pandemi Covid-19 membantu bangsa Indonesia mengenali kekuatan dan kelemahan pembangunan sebagai pengamalan Pancasila. Bahkan krisis pandemi bisa menjadi titik balik dalam mengupayakan pembangunan kualitas hidup dan peradaban sebagai pengamalan Pancasila.
"Bahwa keampuhan Pancasila sebagai ideologi menuntutnya menjadi "ideologi kerja" (working ideology) dalam praksis pembangunan. Dengan kata lain, ideologi Pancasila itu harus menjadi kerangka paradigmatik dalam pembangunan nasional, yang dibudayakan dalam tiga ranah peradaban: ranah nilai budaya (mental-spiritual-karakter) dalam kerangka "tata nilai", ranah kelembagaan sosial-politik dalam kerangka "tata kelola" (governancy), ranah material-teknologikal dalam kerangka "tata sejahtera"," katanya.
Ikrar Kebangkitan Kebangsaan
Dalam Kongres Kebangsaan peserta membacakan Ikrar Kebangkitan Kebangsaan yang terdiri atas 3 poin. Adapun Ikrar Kebangkitan Kebangsaan tersebut adalah:
1. Kami putra dan putri Indonesia bersyukur atas karunia kemerdekaan, Dasar Negara Pancasila, serta segala potensi keragaman manusia, keragaman hayati, keragaman budaya, keragaman spiritual, dan keragaman sumber daya, yang kami yakini sebagai modal kemajuan dan kebahagiaan bangsa yang harus diolah dengan penuh percaya diri, berkemandirian, berkepribadian, berkelanjutan, bermental kreatif dan berintegritas.
2. Kami putra dan putri Indonesia berdiri sebagai anak-anak negeri bahari yang berani mengarungi tantangan gelombang perkembangan global dan terlibat dalam pergaulan dunia dengan sikap terbuka terhadap unsur-unsur positif dari luar yang dapat memperkaya mutu kemanusiaan dan kemampuan bangsa untuk menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi bagi kemajuan peradaban, kedaulatan, dan kemakmuran seluruh rakyat.
3. Kami putra dan putri Indonesia berkeyakinan pentingnya penataan sistem pengelolaan negara secara terencana, terpadu dan berkelanjutan, yang lebih mampu memenuhi pembangunan rohani dan jasmani, mengolah potensi dan realitas bangsa serta sanggup menghadapi tantangan global, dalam semangat gotong-royong yang melibatkan partisipasi segenap komponen bangsa, dengan pembagian peran yang tepat antara negara, komunitas dan dunia usaha.
(abd)