Jatah Siluman Siswa Baru, Ribuan Kursi Kosong Disiapkan Sekolah Negeri

Selasa, 28 Juli 2020 - 07:32 WIB
loading...
A A A
Menurut dia, apa yang membuat praktik ini tetap berjalan bukan karena sistem yang buruk. Sebaliknya, kalau menggunakan sistem yang ada, justru terasa sangat sulit. Tetapi permainan ini ada di atas sistem itu. "Kenapa sampai sekarang masih banyak titipan, karena masyarakat menganggap sekolah negeri itu favorit. Padahal gak begitu. Harusnya di balik, sekolah negeri itu untuk sekolah orang miskin saja," sambungnya. (Baca juga: PJJ Butuh Bahan Ajar Khusus)

Beragam Modus

Praktik culas ini bukan tidak diketahui oleh kepala daerah. Wali Kota Tangsel Airin Rachmi Diany mengetahuinya. Bahkan dia sempat marah, saat tahu banyak siswa titipan itu. Namun, dia juga tidak berdaya. "Tapi karena sudah ramai dan ormas sudah ramai mau bakar-bakar, ya kita gak bisa ngapa-ngapain juga dan semua diakomodasi juga akhirnya. Untuk SMP siswa titipan bisa 800 orang, dan SMA 600 siswa," ungkapnya.

Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) juga menemukan dugaan jual beli kursi di jenjang SMA negeri favorit pada PPDB 2019 di Tangsel. Komisioner KPAI bidang pendidikan Retno Listyarti mengatakan, tim pengawasan KPAI mendatangi beberapa SMA saat pendaftaran PPDB dan mewawancari sejumlah orang tua sebagai responden. (Baca juga: Siap-siap Melaksanakan Puasa Tarwiyah dan Arafah)

"Yang menginformasikan itu salah satu responden dari orang tua calon siswa. Beliau ditawarkan Rp20 juta untuk satu kursi agar bisa masuk di SMAN favorit di Tangsel. Temuan tim KPAI ada 3 dugaan tawaran jual beli kursi di Tangsel," ungkapnya.

Dia menegaskan, tim KPAI telah memberikan solusi kepada responden yang berkeberatan untuk melaporkan ke pihak Saber Pungli atau tim inspektorat jenderal Kemendikbud guna ditindaklanjuti. "Kalau KPAI tidak dapat menyelidiki dan tak punya kewenangan menyelidiki," tukasnya.

Menurut pengamat Pendidikan Universitas Multimedia Nusantara Doni Koesoema, Tangsel memang sudah terkenal dengan praktik percaloan, titip-menitip siswa, bermain di jalur belakang, dan sogok-menyogok. “Di daerah lain juga modusnya sama. Tapi di Provinsi Banten, di Tangsel dan Kota Tangerang, hal ini biasa," kata Doni.

Mulai bangku SDN hingga SMAN semua ada nilainya. Untuk SDN misalnya. Modus yang digunakan titip bangku dengan nilai Rp500.000 sampai Rp1 juta untuk sekolah favorit. Di SMA lebih mahal lagi bisa Rp15-20 juta per bangku untuk sekolah favorit. “Dibagi-bagi ke komite, anggota dewan, wartawan, dan lain-lain. Banyak. Makanya zaman Pak Muhadjir diterapkan sistem zonasi," jelasnya. (Lihat infografis: Tahun Ajaran Baru, Siswa-Orang Tua Harus Siap dengan Suasana Baru)

Namun, sistem yang dibuat tidak mampu untuk membendung permainan yang ada. Buktinya, sistem zonasi tidak berpengaruh terhadap titipan yang dibawa langsung ke sekolah. "Modus titip bangku atau jual beli ini akan selalu ada selama pengelola sekolah tidak berintegritas. Karena ini namanya pungli. Cuma ya tahu sama tahu, dan tak ada bukti tertulis. Ini hebatnya pungli," sambungnya.

Praktik haram ini memang hampir terjadi di semua daerah, termasuk di Jakarta. Hanya saja, mereka tak mau bersuara karena tahu apa yang dilakukan perbuatan salah. Di Depok, Ketua Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Arist Merdeka Sirait menerima laporan adanya transaksi atau jual-beli kursi di tingkat SMP dan SMA dalam PPDB Depok 2020.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3192 seconds (0.1#10.140)