Webinar SMA Pradita Dirgantara Tekankan Pentingnya Berpikir Kritis untuk Siswa

Senin, 28 Desember 2020 - 12:43 WIB
loading...
Webinar SMA Pradita Dirgantara Tekankan Pentingnya Berpikir Kritis untuk Siswa
SMA Pradita Dirgantara menyelenggarakan webinar dengan menghadirkan pembicara dari Northern Illnois University Dr.James Cohen. Foto/Dok/Humas SMA Pradita
A A A
JAKARTA - SMA Pradita Dirgantara menyelenggarakan webinar yang berjudul “What Critical Thinking Teally Is, and Why It In Important” dengan menghadirkan pembicara dari Northern Illnois University Dr. James Cohen.

Webinar tersebut dilaksanakan secara daring melalui Zoom pada Rabu, 23 Desember dan diikuti oleh seluruh guru dan staff serta siswa kelas X, XI, dan XII. (Baca juga: Tim Pelajar Indonesia Raih Emas di Kompetisi Robot Dunia )

Berpikir kritis ini merupakan salah satu dari 4 kemampuan yang harus dimiliki siswa pada abad 21 yaitu, Critical Thinking and Problem Solving (berpikir kritis dan menyelesaikan masalah), Creativity (kreativitas), Communication Skills (kemampuan berkomunikasi), dan Ability to Work Collaboratively (kemampuan untuk bekerja sama).

Webinar ini untuk menjadikan pelajar SMA Pradita Dirgantara menjadi seorang critical thinker. Berpikir kritis ini penting agar ketika mereka menjadi pemimpin dunia yang berpikiran terbuka dan mampu memahami permasalahan yang ada dalam masyarakat dan membuat solusi atas permasalahan itu.

Dr. James Cohen menyampaikan, 6 prinsip pokok dari critical thinking yang pertama adalah dispositions atau bagaimana cara terbuka dengan pemikiran orang lain. (Baca juga: Ini Link untuk Cek Kuota Siswa Peserta SNMPTN 2021 )

"Hal tersebut berkaitan dengan siapa disini yang terbuka untuk mendengarkan perspektif orang lain, siapa disini yang mencari tahu prespektif orang lain, dan siapa yang mengubah posisinya jika diberikan bukti yang valid,” katanya melalui siaran pers, Senin (28/12).

Kedua, untuk berpikir kritis harus ditetapkan kriteria. Syarat-syarat yang harus dipenuhi agar suatu nilai dapat dipercaya yaitu; harus relevan, fakta yang akurat, berdasarkan sumber yang kredibel, tepat, tidak terhapus, logika yang konsisten, dan punya alasan yang kuat.

Yang ketiga, argument; yaitu tentang apakah kita punya keyakinan yang dapat dipercaya, berpikir kritis melibatkan identifikasi, evaluasi dan mengkonstruksi argumen-argumen. (Baca juga: Ini Catatan Penting Agar Sukses Mendaftar pada SNMPTN-SBMPTN )

Keempat reasoning atau kemampuan untuk menyimpulkan kesimpulan dari satu atau beberapa premis. Untuk melakukannya membutuhkan pemeriksaan hubungan logis antara pernyataan atau data.

“Contohnya adalah ada genangan air di lantai kelas, ada beberapa kemungkinan yang muncul, misalnya petugas kebersihan baru saja mengepel lantai atau seseorang menumpahkan segelas air atau baru saja hujan dan ada kebocoran di langit-langit,” jelasnya.

Berikutnya point of view atau cara seseorang memandang dunia membentuk konstruksi makna seseorang. Menurutnya, dalam pencarian pemahaman, para pemikir kritis memandang fenomena dari berbagai sudut pandang.

"Dan yang terakhir; procedures for applying criteria; ada beberapa prosedur dalam menerapkan kriteria diantaranya adalah mengidentifikasi isu, menganalisis, merefleksi, mengevaluasi, dan memberikan alasan.” Jelas Dr. James.

Selanjutnya materi berkaitan dengan mengapa berpikir kritis sangatlah penting. Dia menuturkan, berpikir kritis menjadi penting karena kita selalu dimanipulasi menit demi menit dengan hal-hal yang dasar baik dari seseorang ataupun dari gawai.

"Beberapa filosofis selalu membandingkan orang-orang yang tidak berpikir kritis sama saja dengan mereka tidur. Anda adalah autopilot bagi diri sendiri, apakah Anda akan membiarkan asumsi dan stereotipe mengontrol pikiran Anda atau tidak.” Lanjut Dr. James.

Setelah diberikan pemaparan secara detail oleh Dr. James, webinar dilanjutkan dengan sesi tanya jawab yang disambut antusias oleh para siswa yang memberikan pertanyaan kepada Dr James. Salah satunya adalah Haikal Rizki dari kelas X. Haikal menanyakan terkait bagaimana cara untuk berpikir kritis ditengah masyarakat yang majemuk.

“Di Indonesia orang yang passion pada seni dan budaya berbeda tipe individu dengan orang yang passion dengan akademik seperti dokter. Apakah hal itu tersebut mempengaruhi critical thinking?” Tanya Haikal.

“Apakah bisa pengalaman pribadi digeneralisasikan? Beberapa bisa tetapi kebanyakan tidak bisa. Oleh karena itu untuk menjadi critical thinker tidak bisa menggunakan pengalaman pribadi yg kemudian digeneralisasikan.” Jawab Dr. James.
(mpw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3144 seconds (0.1#10.140)